STRATEGI PEMBELAJARAN TENTANG METODE EKSPERIMEN
Penggunaan Metode Eksperimen dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Beberapa desain experiment yang sering digunakan pendidik dalam memperbaiki hasil belajar peserta didik, yaitu: (1) Treatments by Levels Designs; (2) Treatment by Groups Designs; dan (3) Matched Subjects Designs. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga desain experiment: 1. Treatment by Levels Designs. Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya peserta didik yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan experiment. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu experiment perlu diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir experiment. Untuk itu, dalam persiapan experiment, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi peserta didik yang berkemampuan yang seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/pendidik pelaku tindakan baik di kelompok experiment atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil experiment, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2. Matched Group Designs Desain experiment ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para pendidik dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan dengan desain experiment ini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada peserta didik yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar grup-grup yang mengikuti experiment dapat berjalan pada kondisi experimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/treatment harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan atau experiment dilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil experiment, maka kedua faktor itu harus di-matched. Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu experiment tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya kesamaan. 3. Matched Subjects Designs Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan untuk experiment. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system: (1) Nominal Pairing; (2) Ordinal Pairing; serta (3) Combined Pairing. Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang nominal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku experiment, sistem apa yang akan dipakai. Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil experiment. Dengan melakukan experiment, peserta didik menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan. Pembelajaran metode experiment merupakan pembelajaran aktif yang mempertunjukan dan memperlihatkan sesuatu yang pada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada kalanya pula suatu proses, proses tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam berfungsinya alat tertentu. Sedangkan metode experiment biasanya langsung dipertunjukan dan sebaliknya yang didemonstrasikan biasanya adalah apa yang dicobakan. Metode pebelajaran experiment merupakan metode pembelajaran aktif yang mana peserta didik dapat terangsang belajar secara terpusat dalam proses stimulus-respons yang bersifat mekanis. Secara langsung peserta didik dan pendidik terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran materi yang dipelajari. (Suradji, 2008: 37) Metode experiment sendiri didesain agar para peserta didik mengetahui dengan jelas baik dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan experiment apa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan sebagainya, disamping itu melalui experiment pendidik mudah memusatkan perhatian peserta didik kepada bahan pelajaran. Pada metode experiment dalam pembelajaran aktif ini menuntut pengetahuan dan kecekatan pendidik (yang relative lebih dari apabila menggunakan metode lain). Untuk menanggulangi kekurangan serta kecekatan pendidik dalam pelaksanaan metode experiment maka pendidik harus melaksanakan inservice training dan ungrading dalam penumbuhan potensi. (Suradji, 2008: 39) Oleh sebab itu dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif ini merupakan alternatif yang harus diperhatikan jika kualitas lulusan ingin diperebaiki. Penggunaan cara-cara pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-cara belajar tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Boeree, George. 2008. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Arruzz Media. Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Bandung : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Echolis Jhon M., dan Hasan Shadily.1984. Andas Inggris Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.Cet. Ke-8. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendaktan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara. J.J. Hasibuan dan Mujiono. 1993.Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Mulyono, Anton. 2000. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode pembelajaran/ di download pada tgl 26 Februari 2010. http://blokgurubelajar.blogspot.com/2012/10/melalui-penggunaan-metode-eksperimen.html
Beberapa desain experiment yang sering digunakan pendidik dalam memperbaiki hasil belajar peserta didik, yaitu: (1) Treatments by Levels Designs; (2) Treatment by Groups Designs; dan (3) Matched Subjects Designs. Untuk mendapatkan gambaran yang jelas berikut ini diuraikan secara singkat ketiga desain experiment: 1. Treatment by Levels Designs. Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas selalu dijumpai adanya peserta didik yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada anak-anak yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan experiment. Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu experiment perlu diperhatikan agar tidak banyak mengganggu hasil akhir experiment. Untuk itu, dalam persiapan experiment, peneliti harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi peserta didik yang berkemampuan yang seimbang. Walaupun demikian bukan berarti bahwa desain ini sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak memperhatikan pelaksana/pendidik pelaku tindakan baik di kelompok experiment atau di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Disamping itu, juga perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil experiment, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2. Matched Group Designs Desain experiment ini merupakan desain yang paling banyak digunakan para pendidik dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan dengan desain experiment ini dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada peserta didik yang akan dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal pada grup matching adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar grup-grup yang mengikuti experiment dapat berjalan pada kondisi experimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang dipandang dapat memengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/treatment harus di-matched/jodohkan sebelum tindakan atau experiment dilakukan. Misalnya prestasi belajar, dan inteligensi dipandang akan berpengaruh pada hasil experiment, maka kedua faktor itu harus di-matched. Cara melakukan matching dapat melakukan dengan menguji perbedaan grup-grup yang dicoba akan menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan antara kedua kelompok itu experiment tidak dapat diteruskan, berarti kedua kelompok itu harus menujukkan adanya kesamaan. 3. Matched Subjects Designs Desain ini berlandaskan pada adanya matched subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan untuk experiment. Pada matched groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek pada kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan system: (1) Nominal Pairing; (2) Ordinal Pairing; serta (3) Combined Pairing. Nominal pairing yang dipasang-pasangkan seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua, sedang nominal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi belajar, atau tingkat pendidikan, Pada pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku experiment, sistem apa yang akan dipakai. Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang lebih tinggi dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktor-faktor lain yang dapat mencemari hasil experiment. Dengan melakukan experiment, peserta didik menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari pendidik dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan peserta didik. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan. Pembelajaran metode experiment merupakan pembelajaran aktif yang mempertunjukan dan memperlihatkan sesuatu yang pada kalanya benda konkrit, tiruan, tetapi ada kalanya pula suatu proses, proses tersebut adalah peristiwa-peristiwa yang terjadi didalam berfungsinya alat tertentu. Sedangkan metode experiment biasanya langsung dipertunjukan dan sebaliknya yang didemonstrasikan biasanya adalah apa yang dicobakan. Metode pebelajaran experiment merupakan metode pembelajaran aktif yang mana peserta didik dapat terangsang belajar secara terpusat dalam proses stimulus-respons yang bersifat mekanis. Secara langsung peserta didik dan pendidik terlibat langsung secara aktif dalam pembelajaran materi yang dipelajari. (Suradji, 2008: 37) Metode experiment sendiri didesain agar para peserta didik mengetahui dengan jelas baik dari pengamatannya maupun dari pengalamannya mengadakan experiment apa yang terjadi dari sesuatu, bagaimana bekerjanya alat tertentu dan sebagainya, disamping itu melalui experiment pendidik mudah memusatkan perhatian peserta didik kepada bahan pelajaran. Pada metode experiment dalam pembelajaran aktif ini menuntut pengetahuan dan kecekatan pendidik (yang relative lebih dari apabila menggunakan metode lain). Untuk menanggulangi kekurangan serta kecekatan pendidik dalam pelaksanaan metode experiment maka pendidik harus melaksanakan inservice training dan ungrading dalam penumbuhan potensi. (Suradji, 2008: 39) Oleh sebab itu dalam pembelajaran dengan metode pembelajaran aktif ini merupakan alternatif yang harus diperhatikan jika kualitas lulusan ingin diperebaiki. Penggunaan cara-cara pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-cara belajar tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran DAFTAR PUSTAKA Boeree, George. 2008. Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Yogyakarta : Arruzz Media. Dimiyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran.Bandung : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Echolis Jhon M., dan Hasan Shadily.1984. Andas Inggris Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia.Cet. Ke-8. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Hamalik, Oemar. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendaktan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara. J.J. Hasibuan dan Mujiono. 1993.Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Muhibbin Syah. 1995. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya. Mulyono, Anton. 2000. Kamus Besar Bahas Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode pembelajaran/ di download pada tgl 26 Februari 2010. http://blokgurubelajar.blogspot.com/2012/10/melalui-penggunaan-metode-eksperimen.html
0 Response to "STRATEGI PEMBELAJARAN TENTANG METODE EKSPERIMEN"
Post a Comment