MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MI
JUDUL MAKALAH :METHOD OF READING ENGLISH IN ISLAMIC ELEMENTARY SCHOOL ( MI )
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran reading merupakan sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan pada anak untuk bekerja sama dengan tugas-tugas terstruktur (Lie, 1999:12). Melalui pembelajaran ini siswa bersama kelompok secara gotong royong maksudnya setiap anggota kelompok saling membantu antara teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut sehingga di dalam kerja sama tersebut yang cepat harus membantu yang lemah, oleh karena itu setiap anggota kelompok penilaian akhir ditentukan oleh keberhasilan kelompok. Kegagalan individu adalah kegagalan kelompok dan sebaliknya keberhasilan siswa individual adalah keberhasilan kelompok. Sedangkan bercerita berpasangan merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran listening. Yang membedakan tipe membaca cerita berpasangan dengan lainnya adalah dalam tipe ini guru memperhatikan skema atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skema ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Dalam kegiatan ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
- Bagaimana proses belajar mengajar dengan penerapan method in teaching reading ?
- Apakah keuntungan dan kelemahan penerapan method in teaching reading pada mata pelajaran Bahasa Inggris?
BAB II
PEMBAHASAN
METHOD OF READING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS
I. The Audio-Lingual Method
Istilah audio-lingualisme pertama-tama dikemukakan oleh Prof. Nelson Brooks pada tahun 1964.
Metode ini menyatakan diri sebagai metode yang paling efektif dan efisien dalam pembelajaran
bahasa asing dan mengklaim sebagai metode yang telah mengubah pengajaran bahasa dari hanya
sebuah kiat ke sebuah ilmu. Audio-Lingual Method (ALM) merupakan hasil kombinasi pandangan
dan prinsip-prinsip Linguistik Struktural, Analisis Kontrastif, pendekatan Aural-Oral, dan psikologi
Behavioristik.
Dasar pemikiran ALM mengenai bahasa, pengajaran, dan pembelajaran bahasa adalah sebagai
berikut:
1. Bahasa adalah lisan, bukan tulisan
2. Bahasa adalah seperangkat kebiasaan
3. Ajarkan bahasa dan bukan tentang bahasa
4. Bahasa adalah seperti yang diucapkan oleh penutur asli
5. Bahasa satu dengan yang lainnya itu berbeda
Richards & Rodgers (1986;51 dalam Prayogo, 1998:9) menambahkan beberapa prinsip pembelajaran yang telah menjadi dasar psikologi audio-lingualisme dan penerapannya sebagai berikut:
- Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah suatu proses pembentukan kebiasaan yang mekanistik
- Ketrampilan berbahasa dipelajari lebih efektif jika aspek-aspek yang harus dipelajari pada bahasa sasaran disajikan dalam bentuk lisan sebelumdilihat dalam bentuk tulis.
- Bentuk-bentuk analogi memberikan dasar yang lebih baik bagi pembelajar bahasa daripada bentuk analisis, generalisasi, dan pembedaan-pembedaan lebih baik daripada penjelasan tentang kaidah-kaidah.
- Makna kata-kata yang dimiliki oleh penutur asli dapat dipelajari hanya dalam konteks bahasa dan kebudayaan dan tidak berdiri sendiri.
Richards & Rogers juga mengatakan bahwa ketrampilan bahasa diajarkan dengan urutan: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Bentuk kegiatan pengajaran dan pembelajaran ALM pada dasarnya adalah percakapandan latihan-latihan (drills) dan latihan pola (pattern practice). Percakapan berfungsi sebagai alat untuk meletakkan struktur-struktur kunci pada konteksnya dan sekaligus memberikan ilustrasi situasi dimana struktur-struktur tersebut digunakan oleh penutur asli, jadi juga sebagai penerapan aspek kultural bahasa sasaran. Pengulangan dan penghafalan menjadi kegiatan yang dominan pada metode ini. Pola-pola gramatika tertentu pada percakapan dipilih untuk dijadikan kegiatan latihan pola. Kegiatan-kegiatan pembelajaran berdasarkan ALM adalah: repetition, inflection, relplacement, restatement, completion, transposition, expansion, contraction, transformation, integration, rejoinders, dan restoration.
PROSEDUR PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN AUDIO LANGUAGE METHOD
Kegiatan Guru
1.Menjadi model pada semua tahapan pembelajaran.
2.Menggunakan bahasa Inggris sebanyak mungkin dan bahasa ibu sedikit mungkin.
3.Melatih ketrampilan menyimak dan berbicara siswa tanpa bahasa tulis dulu.
4.Mengajarkan struktur melalui latihan pola bunyi, urutan, bentuk-bentuk, dan bukan melalui penjelasan.
5.Memberikan bentuk-bentuk tulis bahasa sasaran setelah bunyi-bunyi benar-benar dikuasai siswa.
6.Meminimalkan pemberian kosakata kepada siswa sebelum semua struktur umum dikuasai.
7.Mengajarkan kosakata dalam kontek
Kegiatan Siswa
1 Mendengarkan sebuah percakapan sebagai model (guru atau kaset) yang berisi struktur kunci yang menjadi fokus pembelajaran, mereka mengulangi setiap baris percakapan tersebut secara individu maupun bersama-sama, menghafalkannya dan siswa tidak melihat buku.
2. Mengganti dialog dengan setting tempat atau yang lainnya sesuai dengan selera siswa.
3. Berlatih struktur kunci dari percakapan secara bersama-sama dan kemudian secara individual.
4. Mengacu ke buku teks dan menindaklanjuti
dengan kegiatan membaca, menulis atau kosakata yang berdasarkan percakapan yang ada, menulis dimulai dalam bentuk kegiatan menyalin dan kemudian dapat ditingkatkan teknik-teknik pengajaran dalam ALM (Audio-Lingual Method):
- Dialog Memorization 7. Transformation Drill
- Backward Build-up (expansion) Drill 8. Question-and-Answer Drill
- Repetition Drill 9. Use of Minimal Pairs
- Chain Drill 10.Complete the Dialog
- Single-slot Substitution Drill 11.Grammar Game
- Multiple-slot Substitution Drill
II. COMMUNITY LANGUAGE LEARNING
Metode ini mempercayai prinsip ‘whole persons’ yang artinya guru tidak hanya memperhatikan perasaan dan kepandaian siswa tapi juga hubungan dengan sesama siswa. Menurut Curran (1986:89) siswa merasa tidak nyaman pada situasi yang baru. Dengan memahami prasaan ketakutan dan sensitif siswa guru dapat menghilangkan perasaan negatif siswa menjadi energi positif untuk belajar.
Kursi disusun melingkar dengan sebuah meja di tengah. Ada sebuah tape recorder di atas meja. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Guru mnyuruh siswa membuat dialog dalam bahasa Inggris. Jika siswa tidak mengetahui guru membantu. Percakapan siswa direkam. Kemudian, hasil rekaman di tulis dalam bentuk transkrip dalam bahasa Inggrisdan bahasa ibu. Setelah itu kaidah-kaidah kebahasaan didiskusikan.
Teknik-teknik Community Language Learning:
1. Tape-recording Student Conversation 4. Reflective Listening
2. Transcription 5. Human Computer
3. Reflection on Experience 6. Small Group Tasks
III. THE TOTAL PHYSICAL RESPONSE METHOD
Metode ini juga disebut ‘the comprehension approach’ yang mendekatkan pada pentingnya ‘listening comprehension’. Pada tahap awal pembelajaran bahasa asing terfokus pada pemahaman mendengarkan. Hal ini berdasarkan pada hasil observasi bagaimana anak-anak belajar bahasa ibu. Seorang bayi mendengarkan suara disekelilingnya selama berbulan-bulan sebelum ia dapat menyebut satu kata. Tidak ada seorangpun yang menyuruh bayi untuk berbicara. Seorang anak berbicara ketika ia sudah siap melakukannya.
Pada Natural Approach (yang dikembangkan oleh Krashen & Terrel), siswa mendengarkan guru yang berkomunikasi dengan menggunakan bahasa asing mulai awal proses pembelajaran. Guru dapat membantu siswa untuk memahami materi dengan menggunakan gambar dan beberapa kata dalam bahasa ibu. Natural Approach hampir sama dengan Direct Method. Pada Total Physical Response (TPR), siswa mendengarkan dan merespon instruksi lisan guru. Bentuk instruksi yang diberikan seperti ‘Turn around’, ‘Sit down’, ‘Walk’, ‘Stop’, ‘Jump’, dsb.
Teknik-teknik dalam the Total Physical Response Method:
1. Using Commands to Direct Method
2. Role Reversal
3. Action sequence
BAB V
PENUTUP
- Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran menulis atau kerja sama antar kelompok yang anggota kelompok saling membantu antar teman yang satu dengan teman yang lain dalam kelompok tersebut, sehingga di dalam kerja kelompok atau pembelajaran kooperatif, siswa yang lebih pandai dapat membantu siswa yang lemah.
Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe menulis berpasangan siswa dapat lebih aktif untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan kemampuan berimajinasi. Di samping itu pembelajaran ini juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk diskusi, bertanya, maupun mengeluarkan pendapat serta berinteraksi dengan siswa yang menjadikan siswa aktif dalam kelas.
Penerapan pembelajaran kooperatif memiliki kendala di antaranya kesulitan mengkoordinasikan siswa kepada situasi yang dikehendaki. Dan juga terdapat kelemahan pada teknik belajar kelompok misalnya mengatur penataan bangku yang berbeda-beda dan model/gaya mengajar yang berbeda-beda pula.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin. 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Depdiknas. 2006. Kurikulum SD/MI Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta : Depdiknas.
Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning. Jakarta : Gramedia.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Rofi’uddin, Ahmad, dkk. 1999. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud.
Rostiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta Bahasa Kita 6. Jakarta : Ganeca Exact.
Wibowo, Teguh. 2004. Cinta Bahasa Kita 6. Jakarta : Ganeca Exact.
0 Response to "MAKALAH PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI MI"
Post a Comment