CONTOH PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN

TENTANG PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan semangat mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah membuat peraturan yang tertuang dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), yang menjelaskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusi yang beriman dan bertaqwa, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Bagi bangnsa yang sedang berkembang, yang giat membangun negaranya, pendidikan merupakan salah satu investasi yang paling utama. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh mamnusia yang dipersiapkan untuk itu melalui pendidikan.Pemerintah menganggarkan biaya yang sangat besar untuk pendidikan atas dasar keyakinan bahwa pembangunan bangsa harus disertai pembangunan manusianya.


Menurut Depdikbud (1993: 107), dalam pencapaian tujuan, baik pemerintahmaupun masyarakat, serta orang tuapeserta didik bertanggung jawab dan berperan aktif dalam penyelanggaraan pendidikan. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh berbagai faktor, antara lain adalah: kualitas tenaga akademis, sarana prasarana, manajemen sekolah, dan diri siswa itu sendiri. Mutu pendidikan dapat diartikan “kemampuan sekolah sebagai lembaga untuk meyediakan dan mendayagunakan sumber-sumber daya pendidikan guna meningkatkan kemampuan belajar”. Disamping itu pendidikan juga diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menurut Undang-undang tersebut tugas utama guru adalah: mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk mmeningkatkan harkat dan martabat bangsa. Dan peran guru sebagaiagen pembalajaran, juga berfungsi untuk meninggkatkan mutu pendidikan nasional. Pendidikan banyak tergantung pada mutu guru dalam membimbing proses belajar mengajar. Sejak lama orang brusaha untuk mencri jalan peningkatan mutu metode/strategi mengajar.


Guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dan memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembngnya kemampuan baru, responsif, menimbulkan jalinan kegiatan belajar mengajar di sekolah, serta rumah dan lingkungan masyarakat. Pada akhirnya siswa memiliki motivasi tinggi untuk belajar. Untuk mampu melaksanakannya maka guru wajib memiliki kompetensi dalam belajar mengajar. Menurut Nasution (2008: 6), dengan mempelajari media pembelajaran, guru akan mempunyai pegangan yang lebih mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk mempelajari pengajaran yang efektif.sikap ilmiah terhadap proses belajar mengajar akan memberi sikap yang lebih kritis terhadap caranya mengajar dan mendorong untuk mencari jalan yang lebih memnjamin keberhasilan. Dalam hal ini, indikator hasil belajar siswa antara lain diukur dari hasil Ujian Nasional (UN). Pada tabel berikut menunjukkan persentase kelulusan dan hasil Ujian Nasional siswa MTs di Kecamatan Peninjauan pada tahun 2009/2010 dan pada tahun 2010/2011. Tabel 1.1 Rekapitulasi Persentase Kelulusan Siswa MTs di Kecamatan Peninjauan Tahun pelajaran 2009/2010 No Sekolah Jumlah peserta ujian Kelulusan (%) DPU Lulus Tidak lulus 1. MTs Islamiyah Bindu 67 66 1 98,50 2. MTs Miftahul Jannah 32 30 2 93,75 3. MTs An-Nur 58 58 0 100 Sumber: Sekolah masing-masing Keterangan: DPU (Daftar Peserta Ujian) Tabel 1.2 Rekapitulasi Persentase Kelulusan Siswa MTs di Kecamatan Peninjauan Tahun pelajaran 2010/2011 No Sekolah Jumlah peserta ujian Kelulusan (%) DPU Lulus Tidak lulus 1. MTs Islamiyah Bindu 80 80 0 100 2. MTs Miftahul Jannah 46 45 1 97,8 3. MTs An-Nur 60 59 1 98,3 Sumber: Sekolah masing-masing Tabel 1.3 Rata-rata Nilai Ujian Nasional Siswa MTs di Kecamatan Peninjauan Tahun Pelajaran 2009/2010 No Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Inggris IPA Matematika 1. MTs Islamiyah Bindu 6,13 8,69 8,57 7,54 2. MTs Miftahul Jannah 6,28 8,14 7,95 7,15 3. MTs An-Nur 6,15 8,78 7,95 7,70 Sumber: Sekolah masing-masing Tabel 1.4 Rata-rata Nilai Ujian Nasional Siswa MTs di Kecamatan Peninjauan Tahun Pelajaran 2010/2011 No Sekolah Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Bahasa Inggris IPA Matematika 1. MTs Islamiyah Bindu 6,28 7,96 7,70 7,93 2. MTs Miftahul Jannah 6,41 7,04 7,47 7,11 3. MTs An-Nur 6,33 8,54 7,86 7,45 Sumber: Sekolah masing-masing Dari data yang berhasil dihimpun penulis, seperti yang tertera pada tabel 1.3 dan tabel 1.4 menunjukkan terjadinya penurunan rata-rata nilai Ujian Nasional di tiap mata pelajaran pada setiap sekolah MTs di kecamatan Peninjauan.Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terjadi kenaikan rata-rata nilai. Sedangkan pada mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika dan IPA seluruh sekolah mengalami penurunan rata-rata nilai. Menurut Warsita (2008: 273), guru merupakan salah satu unsur manusia yang banyak menentukan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan. Komponen strategi pembelajaran meliputi: (1) urutan kegiatan pembelajaran, (2) metode pembelajaranyang sesuai, (3) media yang digunakan, (4) tatap muka sesuai alokasi waktu yang diperlukan, dan (5) dapat mengelola kelas dengan baik. Disamping strategi pembelajaran, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan, guru juga harus memiliki kompetensi. Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi guru meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Dari hasil observasi/pengamatan yang dilakukan penulis, diperoleh bahwa kebanyakan guru MTs di Kecamatan Peninjauan sudah banyak yang melakukan kegiatan belajar mengajar dengan persiapan yang matang. Seperti antara lain menggunakan strategi pembelajaran sesuai dengan kriteria yang ada.selain itu kompetensi yang dimiliki guru MTs, seperti yang telah disebutkan di atas. Berdasarkan hal tersebut, dan juga peningkatan hasil belajar harus terus dilakukan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat permasalahan bagaimana pengaruh strategi pembelajaran dan kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa MTs di kecamatan Peninjauan. 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah strategi pembelajaran dan kompetensi guruberpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamattan Peninjauan? 2. Apakah strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan? 3. Apakah kompetensi guru berpengaruh terhadap keberhasilan siswa MTs di Kecamatan Peninjauan? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Pengaruh strategi pembelajaran dan kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. 2. Pengeruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. 3. Pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. 1.4 Manfaat Penelitian Dengan tersusunnya penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat, baik di bidang teoritis maupun praktis, yaitu: a. Manfaat Teoritis 1. Memberi kontribusi di bidang ilmu manajemen pendidikan khususnya dalam perkembangan proses belajar mengajar. 2. Sebagai referensi atau kajian bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berminat dalam bidang kajian strategi pembelajaran. b. Manfaat Praktis 1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten OKU dalam mengambil kebujakan berkaitan dengan mutu pendidikan. 2. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru untuk selalu mencari strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didik, supaya didapat proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. 1.5 Ruang Lingkup Dalam upaya untuk memfokuskan penelitian ini agar tidak terlalu general, maka penulis menentukan lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Are penelitian mencakup lingkungan MTs yang ada di kecamatan Peninjauan, yaitu: (a) MTs Islamiyah Bindu, (b) MTs Miftahu Jannah, (c) MTS An-Nur. 2. Sampel penelitian diambil untuk kelas IX saja. 3. Selain itu juga meneliti sajauh mana pengaruh strategi pembelajaran dan kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa di tiga MTs yang ada di wilayah Kecamatan Peninjauan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Pembelajaran Menurut Warsita (2008: 266), kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan prosesmental dan fisik melalui interaksi antar peserrta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar ddapat terwujud melalui penggunaan strategi pembalajaran yang bervariasi dan terpusat pada peserta didik (student centred). Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Menurut Santrock (2007: 266) pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Pembelajaran melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran tidak hanya berlangsung di sekolah saja, tetapi bisa terjadi di mana saja. Strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, strategi pembelajaran bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan pembelajaran saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik. Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembalajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar. Menurut Seels dan Richey(1994:13) tujuan Teknologi Pembelajaran adalah untuk memacu (merangsang) dan memicu (menumbuhkan) belajar. Ungkapan ini dipelajari untuk memberi tekanan pada hasil belajar dan menjelaskan bahwa belajar adalah tujuannya dan pembelajaran adalah sarana untuk mencapai tujuan tersebut. Belajar, yang dapat terlihat dengan adanya perubahan padapengetahuan, keterampilan atau sikap, merupakan kriteria atau ukuran pembelajaran. Belajar menyangkut adanya perubahan yang relatif permanen pada pegetahuan atau perilaku seseorang karena pengalaman. Menurut Warsita (2008:272-275) komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi: 1. Urutan (sequence) kegiatan pembelajaran: guru dapat mengetahui cara memulai, menyajikannya, dan menutuppelajaran. 2. Metode pembelajaran: cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.macam-macam metode pembelajaran antaralain, metode ceramah,metode demonstrasi, metode simuasi, metode pratikum dan lain-lain. 3. Media yang digunakan: segala bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaiakan pesan atau informasi pembelajaran. 4. Tatap muka: pendidik harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran. 5. Pengelolaan kelas: usaha guru untuk menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif. 2.1.2 Kompetensi Guru Menurut joni sepertiyang dikutip Sudrajat (2009:3) mengemukakan tiga jenis kompetensi guuru, yakni: 1. Kompetensi profesional; memiliki pengetahuan yang luasdari bidang studi yang diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar yang diselenggarakannya. 2. Kompetensi kemasyarakatan ; mampu berkomunikasi, baik dengan siswa, sesama guru, maupun masyarakat luas. 3. Kompetensi personal; memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani. Dengan demikian, seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan peran: ing ngarso sung tulada, ang madya mangun karsa, tut wuri handayani. Menurut undang-undang No.14 tahun 2005 tentang guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 2.1.2.1. Kompetensi Pedagogik Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004: 9) menyebut kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merancanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian. Dalam Depdiknas (2004: 9) kompetensi menyusun rencana pembelajaran adalah kemampuan merencanakan program belajar engajar yang mencakup kemampuan: 1. Merencanakan pengorganisasian bahan-bahan pengajaran. 2. Merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran. 3. Merencanakan pengelolaan kelas. 4. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran. 5. Merencanakan penilaian prestesi siswa untuk kepentingan pengajaran. Depdiknas (2004: 9)mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi: 1. Mampu mendiskripsikan tujuan. 2. Mampu memilih materi. 3. Mampu mengorganisir materi. 4. Mampumenentukan metode/strategi pembelajaran. 5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran. 6. mampumenyusun perangkat penilaian. 7. Mampumenentukan teknik penilaian. 8. Mampu mengalokasikan waktu. Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yag mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penialaian penguasaan tujuan. Kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar merupakan tahap elaksanaan program yang telah disusun. Dalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai degan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan,apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa. Dalam Depdiknas (2004: 9) prsyaratan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar meliputi kemampuan: 1. Menggunakan metode mengajar, media pembelajaran, dan bahan latihan yag sesuai dengan tujuan pelajaran. 2. Mendemontrasikan penguasaan mata pelajaran dan perlengkapan pengajaran. 3. Berkomunikasi dengan siswa. 4. mendemontrasikan berbagai metode mengajar. 5. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar. Supaya pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa secara efektif dan efisien, maka pelaksanaan proses belajar mengajar menyangkut pengelolaan pembelajaran, dan menyampaikan materi pembelajaran harus dilakukan secara terencana dan sistematis.kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar terlihat dalam mengidentifikasi karakteristik dan kemampuan siswa, kemudian mendiagnosis, menilai dan merespon setiap perubahan dan perilaku siswa. Menurut Depdiknas (2004: 10), kompetensi dalammelaksanakan proses belajar mengajar yaitu: (1) membuka pelajaran, (2)menyajikan materi, (3) menggunakan media dan metode, (4) menggunakan alat peraga, (5) menggunakan bahasa yang komunikatif, (6) memotivasi siswa, (7) mengorganisasi kegiatan, (8) berinteraksi dengan siswa secara komuniikatif, (9) menyimpulkan pelajaran, (10)memberikan umpan balik, (11) melaksanakan penilaian dan, (12) menggunakan waktu. Kompetensi melaksanakan penilaian proses mengajar dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan perencanaan kegiatan belajar mengajar yang telah disusun dan dilaksanakan. Penilaian diartikan sebagai proses yang menentukan betapa baik organisasi program atau kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditetapkan.tujuan utama melaksanakan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa, sehingga tindak lanjut hasil belajar akan dapat diupayakan dan dilaksanakan. Dengan demikian, melaksanakan penilaian proses belajar mengajar merupakan bagian tugas guru yang harus dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran berlangsung dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dapat diupayakan tindak lanjut belajar siswa. Dalam Depdiknas (2004:10)kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi: 1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran. 2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda. 3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid. 4. Mampu memeriksa jawaban. 5. Mampu mengklasifikasi hasil penilaian. 6. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian. 7. Mampu mmembuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian. 8. Mampu menentukan korelasi soal bardasarkan hhasil penilaian. 9. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian. 10. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis. 11. Mampumenyusun program tindak lanjut hasil penilaian. 12. Mengklasifikasi kemampuan siswa. 13. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tundak lanjut hasil penilaian. 14. Mampu melaksanakan tindak lanjut. 15. Mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut. 16. Mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian. Berdasarkan uraian diatas kompetensi pedagogik tercermin dari indikator: kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelolaproses belajar mengajar,dan kemampuan melakukan penilaian. 2.1.2.2. Kompetensi Kepribadian Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi kepribadian adalah “kemampuan yang mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik”. Kompetensi pribadi meliputi: (1) pengetahuan ttentangg adat istiadat baik sosial maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti demokratis, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6) memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan martabat manusia. Kompetensi kepribadian ini disebut sebagai kompetensi personal, yaitu kemampuan pribadi seorang guru yang diperlukan agar dapat menjadi guru yang baik. Kompetensi personal ini mencakup kemampuan pribadi yang berkenaan dengan pemahaman diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri. Sedangkan kompetensi guru secara lebih khusus lagi adalah bersikap empati, terbuka, berwibawa, bertanggung jawab dan mampu menilai diri. Kompetensi personal mengharuskan guru memiliki kepribadian yang mantap sehingga menjadi sumber inspirasi bagi subyek didik, dan patut diteladani oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas, kompetensi kepribadian guru tercermin dari indikator sikap, dan keteladanan. Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (dicontoh sikap dan perilakunya). Kepribadian guru merupakan faktor penting bagi keberhasilan belajar anak didik. Kepribadian itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik bagianak didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didik. 2.1.2.3. Kompetensi Profesional Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luasdan mendalam”. Kompetensi profesional meliputi kepakaran atau keahlian di bidangnya yaitu penguasaan bahan yang akan diajarkannya beserta metodenya, rasa tanggug jawab akan tugasnya dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya. Depdiknas (2004: 9)mengemukakan kompetensi profesional meliputi: pengembangan profesi, pemahaman wawasan, dan penguasaan bahan kernbagajian akademik. Pengembngan profesi melipuuti: (1) mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendudkung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiah, (2) mengalih bahasakan buku pelajaran/karya ilmiah, (3) mengembangkan bebagai model pembelajaran, (4)menulis makalah, (5) menulis ataumenyusun diktat pelajaran, (6)menulis buku pelajaran, (7) menulismodul, (8) menulis karya ilmiah, (9)melakukan penelitianilmiah, (10) meemukan teknologi tepat, (11) membuat alat peraga/media, (12)menciptakan karya seni, (13) mengikuti pelatihan terakreditasi, (14) mengikuti pendidikan kualifikasi, dan (15)mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. Profesional juga menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau manajemen bbeserta strategi penerapannya. Profesional bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan. 2.1.2.4.Kompetensi Sosial Dalam Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi sosial adalah kemampuan yag diperlukan seseorang agar berhasil dalam berhubunga dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini termasuk keterampilan dalam berinteraksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam mengadapi kehidupan di masa yang akan datang. Menurut Undang-undang Guru dan Ddosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasilmencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Ahmadi (2007: 89) untuk memndapatkan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi: 1. aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya. 2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru. 3. mempunyai program yangg menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan. Kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, tata usaha, bahkan dengan anggota sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan masyarakat. 2.1.3. Teori-teori Belajar Teori-teori tentang belajar, yaitu: teori-teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistis. Dalyono (2009: 29) 1). Teori-teori belajar behavioristik Teori ini dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorist”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari limhkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya. Guru-guru yang berpandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan terhadap tingkah laku. 2). Teori-teori belajar kognitif Dalam teori belajar ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh “reward” dan “reinforcement”. Mereka ini adalah para ahli jiwa aliran konitifis. Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseotang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif berpandangan, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung pada “insight” terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Keseluruhan adalah lebih dari pada bagian-bagiannya. Mereka memberi tekanan pada organisasi pengamatan atas stimulus di dalam lingkungan serta pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan. 3). Teori-teori belajar humanistis Perhatian psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Menurut para pendidik aliran humanistis penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Menurut Hamachek (dalam Dalyono, 2009: 43) tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk menhenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Menurut Dalyono (2009:49) beberapa tujuan dari belajar adalah: - Mendayakan semua potensi yang dimiliki - Perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku - Mengubah kebiasaan buruk menjadi baik - Mengubah sikap dari negatif menjadi positif - Mendapatkan keterampilan - Menambah pengetahuan. 2.1.4. Hasil Belajar Nasution (2008: 73) berpendapat bahwa kita sebagai pengajar perlu mengetahui apa hasil usaha kita bagi murid. Untuk itu kita perlu mengadakan evaluasi atau penilaian dengan mengumpulkan keteranngan-keterangan secara sistematis tentang pengaruh usaha kita untuk dianalisis agar dapat kita ketahui kebaikan dan kekurangan usaha kita yang memperkaya pengalaman kita sebagai pengajar yang dapat kita gunakan untuk masa-masa mendatang dengan anggapan bahwa keberhasilan sekarang juga akan memberi hasil yang baik bagi murid-murid lain dikemudian hari. Evaluasi untuk suatu tujuan tertentu penting, tetapi ada kemungkinan tidak menjadi bermanfaat lagi untuk tujuan lain. Oleh karena itu, seorang guru harus mengenal beberapa macam tujuan evaluasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat merencanakan dan melakukan evaluasi dengan bijak dan tepat. Menurut Sukardi (2009: 8) suatu evaluasi perlu memenuhi beberapa syarat sebelum diterapkan kepada siswa yang kemudian direfleksikan dalam bentuk tingkah laku. Evaluasi yang baik harusmempunyai syarat seperti berikut: (1) valid, (2) andal, (3) objektif, (4) seimbang, (5) membedakan, (6) norma, (7) fair, (8) praktis. Sedangkan beberapa tahapan dalam menyelenggarakan evaluasi pembelajaran adalah: (1) langkah persiapan, (2) langkah penyusunan instrumen, (3) pelaksanaan evaluasi, (4) pengolahan hasil evaluasi, (5) pemberitahuan hasil evaluasi. Evaluasi dapat memberikan gambaran keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya atau suatu tingkat tujuan-tujuan yang akan dicapai atau tingkat pencapaian tujuan. Selain itu keberhasilan dalam belajar dapat pula dari perubahan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dalam hubungan dengan sasaran khususyang berkaitan dengan pola berperilaku. Dengan demikian, hasil belajar siswa adalah tingkat pencapaian tujuan Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pendidikan. Pencapaian tujuan tersebut berupa penigkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran. 2.1.5. Kegagalan Pencapaian Hasil Belajar Menurut Sukardi (2999: 230-234)0 dalam usaha pencapaian hasil belajar siswa kadang mengalami kegagalan. Kegagalan hasil belajar disebabkan oleh beberapa faktor yang timbul secara individual atau melalui cara berinteraksi. Beberapa faktor penyebabnya, yaitu faktor internal pribadi siswa, lingkungan pribadi, dan mungkin gabungan dari keduanya, juga faktor eksternal yag berkaitan erat dengan siswa. 1. Faktor Penyebab Internal Faktor penyebab internal diantaranya adalah perkembangan fisik dan kesehatan, yang utamanya mencakup kemampuan melihat dan mengembangkan ketrampilan, di samping juga kemampuan beradaptasi secara individu. a. Kesehatan Kondisi fisik siswa secara umum dapat mempengaruhi kemampuan mencapai suatu tujuan. Pencpaian hasil belajar, pada dasarnya mmerupakan usaha yang hanya dapat dicapai dan dapat dilakukan dengan komotmen yang tinggi. Kurang energi yang disebabkan kondisi fisik yang kurang sehat dapat menutup kemugkinan siswa memiliki kemampuan disebutkan di atas. Selain itu, siswayang kurang sehat juga tidak bisa mencapai potensi yang sebenarnya. Hal ini termasuk juga dalam beberapa usaha pencapaian tugas belajar yang kompleks yang dituntut oleh sekolah. Kurang sehatnya fisik seseorang siswa dapat menyebabkan stamina ceppat menurun, cepat lelah sehingga usaha menguasai materi pembelajaran tidak tercapai secaramaksimal. b. Problem penyesuaian diri Faktor lain yang juga termasuk faktor internal siswa yaitu problem penyesuaian diri. Walaupun problem ini erat kaitannya dengan faktor eksternal misalnya siswa lain, atau masyarakat di sekitar, namun sumber utama adalah berasal dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, siswa yang memiliki gangguan emosi, pada awalnya menhambur-hamburkan energi mereka sebelum akhirnya dapat mengguanakannya untuk kegiatan belajar. Siswa yang mengalami gangguan emosianal, pada umumnya juga memiliki kesulitan dalam belajar. Menurut Sukardi (2009: 232), beberapa tanda siswa memiliki kesulitan dalam belajar (1) kesiapan belajar yang buruk, (2) kesulitan menghadapi tes, (3) kemampuan bahasa yang buruk, (4) lebih senang mengikuti belajar fisik dan praktis daripada belajar skolastik atau mental learniang, (5) penguasaan materi belajar yang lambat, dan (6) kurang perhatian dalam mengikuti kegiatan sekolah. 2. Faktor penyebab Eksternal Faktor eksternal siswa diantaranya lingkungan disekitar siswa, seperti teman pergaulan di luar sekolah, kondisi orang tua siswa, dan jjuga kegiatan siswa di luar sekolah. a. Lingkungan Faktor lingkungan pada umumnya muncul di luar situasi siswa. Faktor ini juga merupakan kesulitan dasar yang mudah untuk diidentifikasi. Problem lingkungan muncul sebagai hasil reaksi atau perubahan dalam diri siswa terhadap keluarga dan lingkungannya, misalnya kondisi orang tua yang tidak harmonis. Penolakan lingkungan terhadap diri siswa pun dapat menjadi problem kesulitan belajar. Siswa sulit belajar karena cacat fisik dapat mengakibatkan kehilangan interes intelektual di rumah. b. Cara guru mengajar yang tidak baik Guru kelas dapat dikategorikan faktor eksternal karena guru yang tidak baik dalam mengajar dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Agar hal ini tidak terjadi maka guru perlu melakukan perbaikan secara berkala, baik dalam penguasaan metode mengajar maupun dalam penguasaan materi yang hendak diajarkan. c. Orang tua siswa Sumber eksternal lain adalah orang tua yang tidak mau atau tidak mampu mmenyediakan buku atau fasilitas belajar yang memadai bagi anak-anaknya atau mereka yang tidak mau mengawasi anak-anaknya agar belajar di rumah. Denga adanya pengawasan, minimal mereka bisa mengetahui ketika anak mempunyai kesulitan belajar. Di samping itu, orang tua yang peduli terhadap pengawasan belajar anaknya di rumah, juga bisa membantu mengatasi kesulitan belajar lainnya. d. Masyarakat Masyarakat di sekitar siswa dapat mmenjadi sumber masalah, ketika keberadaan masyarakat tidak kondusif terhadap kebutuhan siswa secara individual maupun kelompok. Siswa akan merasa berhasil atau bermanfaat yang nyata dari hasil belajar di sekolah dengan keadaan masyarakat di tempat mereka berada. Sebaliknya siswa tidak akan merasa hasil belajarnya, jika yag ia pelajari tidak bermanfaat atau memberi pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung dalam kehidupan siswa. 2.2 Penelitian Terdahulu Sebagai perbandingan dalam tabel 2.1 berikut adalah hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan: Tabel 2.1 Hasil penelitian terdahulu No Judul Peneliti Variabel Metodologi Hasil 1 Hubungan kompetensi guru dengan hasil belajar siswa Muhammad Zainal Abidin (2009) Kompetensi gurudan hasil belajar siswa Pengamatan langsung Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor eksternal maupun internal 2 Pengaruh strategi pembelajaran timbal balik terhadap prestasi belajar siswa Andy Leta Setiawan (2008) Strategipembe-lajaran dan perstasi belajar Rancangan pembelajaran, soal pretes dan postes Ada perbedaan prestasi belajar siswa yang diajar mengguna- kan strategi pembelaja-ran timbal balik dengan prestasi belajar siswa yang diajar mengguna-kan metode kelompok belajar biasa. 3. Potensi TIK dalam peningkatan mutu pembelajaran Mohammad Surya (2006) TIK dalam pendidikan, peran guru Pengamatan langsuung Guru sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. 4 Metodologi penelitian tindakan kelas I Wayan Santyasa (2007) Pengertian, karakteristik, prinsip, tujuan dan manfaat prosedur PTK. Observasi/penelitian tindakan kelas Meningkat-kan keteram-pilan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran 2.3 Kerangka Pemikiran Dari kajian pustaka yang telah disampaikan, maka penulis akan melakukan penelitian ini dengan konseptual sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Seorang guru diharapkan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dan memiliki kompetensi agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar secara optimal kepada siswase hingga tercapai tujuan dari pembelajaran. 2.4 Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah,kajian pustaka, dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Diduga strategi pembelajaran dan kompetensi guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. 2. diduga strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. 3. Diduga kompetensi yang dimiliki guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pennelitian ini dilakukan pada dua MTs yang ada di Kecamatan Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu. Kedua MTs tersebut adalah: MTs Islamiyah yang berada di Desa Bindu, MTs Miftahul Jannah yang berada di Peninjauan. Pelaksanaan penalitian dilaksanakan pada bulan Agustus dan September 2011. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi Menurut Warsita (2008: 272-275) populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri ats subyek/obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.pengertian populasi yang lain adalah sekelompok iindividu tertentu atau bagian dari kelompok itu. Populasi penelitian merupakan keseluruhhan subyek penelitian, baik manusia, gejala, nilai-nilai benda maupun peristiwa. Untuk meneliti seemua elemen yang ada dalam wilayah. Penelitian diperlukan adanya data yang bersumber pada subyek penelitian. Dalam penelitian ini jumlah populasi berasal dari tiga MTs yang ada di Kecamatan Peninjauan yaitu: MTs Islamiyah Bindu 158 siswa, MTs Miftahul Jannah 247 siswa, dan MTs An-Nur 36 siswa. Total populasi 441 siswa. 3.2.2 Sampel Sedangkan sampel adalah proses pemilihan suatu bagian yang presentatif dari suatu populasi.sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jumlah sampel dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (dalam Umar, 2008: 65). N Rumus Slovin : n ≥ 1 + Ne Di mana: n = Ukuran sampel N= Ukuran populasi e= Ketidaktelitian atau kesalahan dalam pengambilan sampel yang dapat ditoleransi Degan e (error atau ketidaktelitian) 10% maka di didapat sampel sebanyak 82 responden yang tersebar di tiga MTs yang ada di kecamatan Peninjauan ( MTs Islamiyah Bindu, MTs Miftahul Jannah dan MTs An-Nur). Menurut Soeratno (1998: 130) mutu suatu penelitian tidak terutama sekali ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh rancangan penelitiannya serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya. a. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi dan penyebaran kuesioner. Kuesioner yang diberikan kepada responden dalam bentuk tertutup dengan lima alternatif jawaban sebagai pilihan responden. Skor jawaban responden untuk masing-masing kategori pilihan secara berturut-turut adalah: 5, 4, 3, 2, 1. Skor tersebut merupakan skor yang sifatnya interval. Hal ini dilakukan dengan membagi total skor instrument pada setiap variabel dengan banyaknya pertayaan yang ada sehingga diperoleh skor dalam bentuk aslinya nilai maksimum 5 dan minimum 1. 3.4. Teknik Analisa Data Sebelu melakukan penelitian, terlebih dahulu instrumen tersebut diuji cobakan agar dapat diketahui validitas dan reliabilitas instrumen yang layak digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukkan pada sekolah sederajat tempat penelitian dilakukan, sehingga sampel uji coba instrumen setara dengan sampel penelitian. Setelah instrumen terkumpul dari responden dibuatkan tabulasi data dann dianalisis. Menurut Husen Umar (2008: 52-54) uji validitas bergunna untuk mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner yang harus dibuang/diganti karena dianggap tidak relevan. Menghitung korelasi menggunakan rumus korelasi product moment (dalam Umar, 2008: 53), sebagai berikut: r = n (ΣXY) – ( ΣXΣY) √(nΣX²- (ΣX)²) (nΣY²-(ΣY)² Dimana: r = Koefisien korelasi n = Jumlahh responden ΣX = Skor total X ΣY = Skor total Y Instrumen dikatakan valid jika korelasinya r> 0,361. bila ternyata semua nilai korrelasi yang ada signifikan, pertanyaan-pertanyaan yang ada memiliki validitas konstruksi, yang berarti terdapat kosistensi internal dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jadi pertanyaan-pertanyaan tersebut memang mengukur aspek yang asama. Bila ternyata ada pertanyaan yang tidak signifikan, harus diganti atau dibuang. Sedang uji reabilitas berguna untuk menetapkan apakah iinstrumen yang dalam hal ini kuesioner dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama. Rumus yang digunakan untuk uji reabilitas menggunakan uji Crobach’s Alpha (dalam Umar, 2008: 53), yaitu: r 11 = ( k ) (1- Σσb² ) k-1 σt² Dimana: r 11 = reabilitas instrumen K = banyak butir pertanyaan ataubutir soal σt² = varians total Σσb² = jumlah varians butir Pada uji reabilitas tingkat kkemantapan alat ukur, pengujiannya akan meunjukkan hasil yang sama pada pengujian yang berkali-kali. Nilai korelasi dibandingkan dengan nilai 0,7 sebagai nilai koefisien reabilitas minimal yang dapat diterima. 3.5. Uji Asumsi Sebelum dilakukan pengolahan bersamaan regresi maka akan dilakukan pengujian terhadap data-data yang ada. 3.5.1. Uji Normalitas Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Jika data ternyatta tidak berdistribusi normal,maka analisis non parametrik dapat digunakan. Jika data berdistribusi normal, maka analisis parametrik termasuk model-model regresi dapat digunakan. Mendeteksi apakah data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan mengggambarkan penyebaran data melalui sebuah grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas. 3.5.2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas berguna untuk mengetahui apakah pada model regresi yang diajukan telah ditemukan korelasi kuat antara variabel independen. Jika terjadi independen kuat, terdapat masalah multikolinieritas yang harus diatasi. 3.5.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain tetap, disebut homoskedastisitas, sedangkan untuk varians yang berbeda disebutt heteroskedastisitas. 3.5.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi berguna untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negativ antar data pada variabel-variabel penelitian. Data penelitian dapat berupa data timeseries cross section. Untuk data cross section, akan diuji apakah terdapat hubungan yang kuat antara data. Jika ya, telah terjadi autokorelasi, perlu diupayakan agar tidak terjadi autokorelasi. 3.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pada penelitian ini dua variabel bebas yaitu strategi pembelajaran (X1) dan kompetensi guru (X2),sedang yang lain adalah variabel terikat yaitu hasil belajar siswa (Y). Dari variabel-variabel tersebut di atas dilihat ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat secara sendiri-sendiri. Hal tersebut dapat digambarkan: Gambar 3.1 hubungan antar variabel Keterangan: X1 X2 = variabel bebas Y = variabel terikat Data dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda (multiple regression). Yujuan pokok dari penggunaan metode ini adalah untuk mengetahui secara bersama-sama atau simultan variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Umar (2008: 136-138) Rumusnya yaitu: Y = a + b1X1 + b2X2 + e Dimana: Y = variabel hasil belajar X1 = variabel strategi pembelajaran X2 = variabel kompetensi guru a = konstanta regresi b1 = koefisien regresi variabel ke-1 b2 = koefisien regresi variabel ke-2 e = error Selanjutnya menurut Umar (2008: 112) rumus korelasi yang berkaitan dengan data metrik (berskala interval atau rasio) sering disebut korelasi Pearson atau product moment dengan rumus: r = n ΣXY – ΣXΣY √(nΣX²- (ΣX)²) (nΣY²-(ΣY)² Sedangkan rumus korelasi yang berkaitandengan data non metrik (berskala ordinal), sering disebut dengan korelasi Spearman. rs = 1 6Σ d²1 n (n² - 1) Dimana d1 adalah selisih data dari dua variabel yang telah diubah dalam bentuk ranking dan telah diurut dari nilai terkecil ke terbesar. Pedoman menilai korelasi r : 1. Nilai korelasi r diantara angka -1 sampai +1 Nilai r menuju +1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan positif, artinya jika variabel X bertambah, bertambah pula nilai variabel Y. Jika variabel X berkurang, berkurang pula nilai variabel Y. Nilai r menuju -1 menunjukkan korelasi menuju kuat dan negatif, artinya jika variabel X bertambah, nilai variabel Y berkurang. Jika variabel X berkurang, nilai baviabel Y bertambah. Nilai r menuju 0 menunjukkan korelasi menuju lemah (tidak ada hubungan), artinya jika variabel X bertambah atau berkurang, nilai variabel Y tidak mengikutinya. Jika variabel Y bertambah atau berkurang, nilai variabel X tidak mengikutinya. 2. Menguji hipotesis korelasi Pearson, menggunakan statistik t dengan rumus: t = r √ (n – 2) √ (1 - r²) Perhitungan nilai statistik t melalui tabel t untuk hasil analiΣ tertentu, misalnya 10 persen, dengan derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) = n-2. Jika nilai t hitung > t tabel, tolak/reject Ho sehingga korelasi memiliki arti signifikan. 3. menguji hipotesis korelasi Spearmen, dengan cara: Misal, nilai n = 14 dan setelah dihitung diketahui nilai rs sebesar 0,7. Berdasarkan tabel korelasi Spearman diketahui statistik ts hitung berada antara0,001 ddan 0,005. Kesimpulannya adalah karena peluangnya sangat kecil, Ho ditolak sehingga kesimpulan adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan dari dua variabel. 4. Penggunaan Probability – Value Proses analisis data akan dilakukan dengan software komputer, yaitu analisis statistik yang menggunakan program SPSS. Selanjutnya, hasil analisis statistik ttersebut akan digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian dengan mengetahui prosentase pengaruh strategi pembelajaran (X1) dan kompetensi guru (X2) terhadap hasil belajar siswa MTs di kecamatan Peninjauan. 3.7. Variabel Penelitian dan Indikator Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu macam variabel terikat. Variabel bebas yaitu strategi pembelajaran (X1) dan kompetennsi guru (X2) serta variabel terikat adalah hasil belajar siswa (Y). 3.7.1. Variabel Strategi Pembelajaran Variabel bebas strategi pembelajaran (X1) adalah pembelajaran yang adapat didefinisikan sebagi pengaruh permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir, yang diperoleh melalui pengalaman. Menurut Warsita (2008: 272-275), aspek-aspek strategi pembelajaran adalah: (1) Urutan kegiatan pembelajaran (2) Metode pembelajaran (3) Media yang digunakan (4) Tatap muka (5) Pengelolaan kelas Untuk mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa MTs di Kecamatan Peninjauan dapat digunakan tabel berikut: Tabel 3.1 Operasional variabel strategi pembelajaran Dimensi Indikator Skala Urutan kegiatan pembelajaran - Memulainya - Menyajikannya - Menutup Ordinal Metode pembelajaran - Ceramah - Demontrasi - Simulasi - Pratikum Ordinal Media yang digunakan - Pemakaian media Ordinal Tatap muka - Alokasi waktu - Informasi pembelajaran Ordinal Pengelolaan kelas - menciptakan - Memelihara - Mengembangkan iklim kondusif Ordinal Sumber: Warsito (2008: 273) Cara penilaian, digunakan indikator-indikator yang tersebut di atas dengan pemberian bobot sebagai berikut: Sangat baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang = 2 Sangat kurang = 1 3.7.2. Variabel kompettensi Guru Kompetensi guru yang digunakan berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 yaitu: 1. Kompetensi pedagogik atau kemampuan pengelolaan pembelajaran, meliputi pemahaman peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya. 2. Kompetensi kepribadian, sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia. 3. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. 4. Kompetensi sosial dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik dalam masyarakat sekitar. Untuk melihat kompetensi guru dalam hasil belajar siswa MTs di Kecaman Peninjauan OKU dapat digunakan tabel berikut: Tabel 3.2 Operasional variabel kompetesi guru Dimensi Indikator Skala Kompetensi pedagogik - Pemahaman peserta didik - Perancangan dan pelaksanaan pembelajaran Ordinal Kompetensi kepribadian - Individu yang mantap - Arif/bijaksana - Berakhlak mulia Ordinal Kompetensi profesional - Kemampuan penguasaan materi - Kemampuan melatih - Kemampuan membimbing Ordinal Kompetensi sosial - Komunikasi efektif dengan peserta didik - Komunikasi efektif dengan orang tua/walimurid - Komunikasi efektif dengan masyarakat Ordinal Sumber: Undang-undang nomor 14 tahun 2005 Cara penilaian, digunakan indikator-indikator yang tersebut di atas dengan pemberian bobot sebagai berikut: Sangat baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang = 2 Sangat kurang = 1 3.7.3. Variabel Hasil Belajar Belajar dapat didefinisikan, suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang. Dalyono (2009:49) Beberapa tujuan dari belajar adalah: 1. Mendayakan semua potensi yang dimiliki 2. Perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, kebiasaan dan sikap 3. Mendapatkan keterampilan 4. Menambah pengetahuan Tabel 3.3 Operasional variabel hasil belajar Dimensi Indikator Skala Pengembangan sikap - Sikap negatif ke positiv - Sikap pembelajaran - Komunikasi Ordinal Peningkatan keterampilang - Penggunaan media - Olah raga - Praktek - Kesenian Ordinal Peningkatan pengetahuan - Wawasan - Materi pelajaran - Ilmu pengetahuan - Pola pikir Ordinal Sumber: Dalyono (2009: 49) Cara penilaian, digunakan indikator-indikator yang tersebut di atas dengan pemberian bobot sebagai berikut: Sangat baik = 5 Baik = 4 Cukup = 3 Kurang = 2 Sangat kurang = 1 INSTRUMEN PENELITIAN KUESIONER Dalam rangka menyelesaikan tugas, mohon kiranya anda berkenan mengisi sejumlah perrtanyaan kuesioner berikut ini. Kuesioner ini tidak berpengaruh terhadapproses pembelajaran dan penilaian pelajaran di sekolah. Silahkan membubuhkan dengan tanda (√) pada salah satu alternatif jawaban yang saudara anggap paling sesuai. Atas bantuan anda, saya ucapkan terima kasih. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Asal Sekolah : MTs Islamiyah Bindu MTs Miftahul Jannah MTs An-Nur Umur Responden : .......... Th Pekerjaan Wali : PNS Karyawan Petani Lain-lain KUESIONER A STRATEGI PEMBELAJARAN PETUNJUK PENGISIAN Kuesioner ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang SK : Sangat Kurang NO PERTANYAAN SB B C K SK Urutan kegiatan pembelajaran 1 Sebelum kegiatan inti guru selalu membuka pelajaran 2 Cara guru menyajikan pelajaran menurut anda? 3 Guru mengadakan penilaian dalam pembelajaran 4 Guru mengadakan evaluasi proses belajar mengajar 5 Gurumemberi kesempatan remedial bagi siswa yang belum berrhasil Metode pembelajaran 6 Dalam berceramah guru menyajikan dengan menarik 7 Selain ceramah guru juga mendemontrasikannya 8 Guru juga mengadakan simulasi dalam pembelajaran 9 Dalam pembelajaran praktik guru selalu membimbingnya sesuai kebutuhan Media yang digunakan 10 Dalam pembelajaran guru menggunakan media 11 Media yang digunakan sangat mendukung proses pembelajaran 12 Penyediaan media menggunakan alat yang ada di sekitar Tatap muka 13 Penyajian materi pembelajaran secara sistematis 14 Kedisiplinan guru masuk kelas 15 Ketepatan dalam pembagian waktu pembelajaran 16 Guru memelihara keterlibatan siswa dalam pembelajaran Pengelolaan kelas 17 Keterampilan guru menciptakan lingkungan belajar menarik 18 Guru memberikan bimbingan terhadap siswa yang mengalami kesulitan 19 Guru memotivasisiswa untuk belajar 20 Guru mampu menciptakan suasana kelas yang kondusif KUESIONER B KOMPETENSI GURU PETUNJUK PENGISIAN Kuesioner ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang SK : Sangat Kurang NO PERTANYAAN SB B C K SK Kompetensi pedagogik 1 Kemampuan dalam menyusun renccana pembelajaran 2 Kemampuan dalam menyampaikan pelajaran 3 Kemampuan dalam menggunakan metode mengajar 4 Kemampuan dalam menggunakan alat bantu/media pembelajaran 5 Kemampuan menguasai kelas dalam proses pembelajaran Kompetensi kepribadian 6 Memiliki kepribadian yang mantap 7 Memiliki akhlak mulia 8 Memiliki sikap yang arif/bijaksana 9 Memiliki kewibawaan yang mantap 10 Menjadi teladan bagi peserta didik Kompetensi profesional 11 Kemammpuan dalam menguasai materi pelajaran 12 Kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap peserta didik 13 Memiliki kemampuan yang luas dalam menyampaikan materi pelajaran 14 Kemampuan dalam melatih peserta didik 15 Kemampuan dalam membimbing peserta didik Kompetensi sosial 16 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan peserta didik 17 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan sesama guru 18 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang tua murid 19 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar 20 Kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan kepala sekolah KUESIONER C HASIL BELAJAR PETUNJUK PENGISIAN Kuesioner ini terdiri dari lima alternatif jawaban, yaitu: SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang SK : Sangat Kurang NO PERTANYAAN SB B C K SK Pengembangan sikap 1 Perubahan sifat dan sikap anda dalam belajar 2 Perubahan sifat dan sikap anda dalam proses pembelajaran 3 Hubungan komunikasi anda denga guru 4 Hubungan komunikasi anda dengan siswa lain 5 Pengaruh guru dalam memotivasi anda 6 Pengaruh siswa lain dalam memotivasi anda belajar Peningkatan keterampilan 7 Kemampuan anda dalam menggunakan alat perraga/media pembelajaran 8 Kemampuan anda dalam berolahraga 9 Kemampuan anda dalam seni 10 Kemampuan anda dalam mempraktekkan teori 11 Kemampuan anda dalam pratikum 12 Kemampuan anda dalam menulis karya ilmiah 13 Kemampuan anda dalam menulis laporan 14 Kemampuan anda dalam menyelesaikan tugas Peningkatan pengetahuan 15 Memperoleh wawasan dalam proses belajar mengajar 16 Memperoleh pengetahuan baru dalam proses belajar mengajar 17 Kemampuan dalam memahami materi pelajaran 18 Kesesuaian materi pelajaran dengan kondisi yang ada 19 Kemampuan guru dalam menyampaikan pelajaran 20 Peningkatan terhadap pola pikir siswa
sumber :atifah126.files.wordpress.com

0 Response to "CONTOH PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel