KARAKTER Bangsa Indonesia
Menyeruak Watak Asli Bangsa
Oleh Mohammad Subhan
Program pemerintah bagi-bagi duit kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak ternyata memunculkan watak asli masyarakat. Tidak sedikit warga yang tak lagi merasa malu kalau tak mau disebut serakah mengaku miskin walaupun sebetulnya hidup berkecukupan.Ketika penyaluran dana kompensasi berlangsung, di antara ratusan pengantre yang akhirnya berjubel memadati halaman kantor pos di
Di Kelurahan Mappala, Kecamatan Rappocini,
Di Kecamatan Rappocini, seperti dikatakan Camat Hasan Basri Ambarala, banyak ditemui kartu kompensasi bahan bakar minyak (KKB) yang dibagikan kepada mereka yang tidak berhak menerima, seperti PNS, pensiunan, atau bahkan ketua RW.
Semua itu terjadi karena uang gratis yang digelontorkan pemerintah. Persoalan yang semula hanya tampak di permukaan itu akhirnya merembet pada persoalan-persoalan lain yang tidak kalah ruwetnya. Di tengah kondisi ekonomi negara yang sedang carut-marut akibat kenaikan harga BBM yang sangat tinggi, tawaran mendapatkan uang secara gratis dari pemerintah telah membuat banyak orang rela melakukan apa saja. BLT seperti pucuk dicinta ulam pun tiba.
Untuk sementara ini, masyarakat memang perlu uang akibat kenaikan harga BBM. Ini memang sesuatu yang baru. Di negara lain belum pernah berhasil, biasanya kompensasi dalam bentuk padat karya, kata ekonom dari Universitas Hasanuddin (Unhas) Taslim Arifin.
Buat Amirai dan Hasan Basri, kalaupun terjadi salah sasaran, itu karena data yang dikumpulkan PCL Badan Pusat Statistik (BPS) langsung disetor ke pemerintah pusat. Tidak dilakukan cek silang ke aparat pemerintah paling rendah yang justru tahu kondisi lapangan.
Kinerja PCL juga dikeluhkan Kepala BPS Makassar Sunaryo. Jika memang mereka turun ke lapangan betul-betul, masak mereka tidak tahu kalau yang mereka data itu sebetulnya tidak termasuk kategori keluarga miskin karena, misalnya, memiliki mobil atau sepeda motor di rumahnya, ungkapnya, yang mengakui pendeknya waktu memberi andil kekisruhan itu.
Masalahnya, di lapangan, banyak warga yang tidak jujur kepada kami.
Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan (Sulsel) Inspektur Jenderal Saleh Saaf mengeluarkan maklumat sanksi pidana bagi yang pembuat
Diakui Taslim Arifin, dengan persiapan yang amat mendadak, tentu sulit mengharapkan hasil yang memuaskan hanya dari petugas pencatat statistik. Semestinya ada kelompok-kelompok independen yang dapat melakukan pencatatan sekaligus evaluasi, antara lain bisa melibatkan tokoh-tokoh masyarakat, guru-guru, atau juga pegawai bank. Kita tidak lepas dari kultur ber-KKN. Kalau kita bisa kasih teman, rasanya kita bangga. Nah, itulah kebanggaan konyol kita, tuturnya.
Dimusuhi warga
Akibat banyak kasus salah sasaran itu, warga pun protes.
Di Makassar, tidak terhitung berapa banyak demonstrasi digelar warga. Mereka yang merasa diperlakukan tidak adil karena tidak mendapatkan BLT mendatangi Ketua RT, Ketua RW, dan kantor kelurahan setempat. Umumnya warga yang berdemo adalah warga yang merasa miskin, sebagaimana dipersyaratkan dalam penyaluran dana kompensasi BBM, tetapi tidak mendapatkan BLT.
Awal Oktober lalu, puluhan warga Kelurahan Tamalabba, Kecamatan Ujung Tanah,
Akumulasi kekesalan warga pun bukan hanya ditumpahkan kepada pemerintah daerah, tetapi juga mengarah pada PCL yang merupakan ujung tombak di lapangan. Para PCL itu didamprat atau diamuk warga. Di Makassar, tercatat beberapa kasus demo yang ditujukan warga kepada PCL.
Pengalaman pahit tersebut salah satunya dialami Asriani yang bertugas mendata warga di RT XIV Kelurahan Gunungsari. Dari 65 kepala keluarga (KK) yang diajukan ternyata hanya 49 KK yang disetujui pusat, sementara sisanya dinilai tidak layak karena tidak memenuhi kriteria sebagai keluarga miskin.
Oleh warga yang KKB-nya tidak disetujui, saya diancam akan dipukul. Mereka mengatakan akan mendatangi rumah saya dan mengeroyok saya, kata perempuan berusia 28 tahun tersebut. Akhirnya dia tidak lagi ditegur atau disapa warga.
Kekisruhan penyaluran BLT itu terjadi di hampir seluruh daerah. Namun, menurut Kepala BPS Sulsel Mariadi Mardian, protes yang dilakukan warga masih dalam taraf wajar. Justru dengan makin banyaknya protes yang disampaikan warga akan membuat data yang didapatkan lebih akurat.
Untuk melakukan pendataan masyarakat miskin, BPS dan mitra BPS menurunkan personel yang cukup banyak di seluruh Sulsel. Jumlahnya mencapai 9.500 personel.
Tetapi, KKB yang salah sasaran itu tentu saja harus dilakukan pembatalan. KKB yang dibatalkan diperkirakan mencapai 2.689 lebih dari total 443.000 KKB yang diberikan kepada masyarakat miskin di Sulsel.
Kendala geografi
Di Sulawesi Tengah, sampai pertengahan Oktober, BLT baru tersalurkan 10 persen. Dari 145.000 KK miskin yang telah terdata di BPS, baru sekitar 15.400 KK yang terlayani. Di kawasan timur
Di kawasan yang banyak didominasi pulau-pulau, seperti Maluku Tenggara Barat, pendataan membutuhkan waktu lama. Begitu juga kawasan hutan dan gunung-gunung di Papua, bukanlah perkara mudah yang bisa ditembus oleh para PCL.
Kalaupun proses pendataan rampung, masalah baru sudah di depan mata. Bagaimana warga yang ada di hutan-hutan dan gunung atau pulau-pulau terpencil itu bisa mencairkan BLT apabila di ibu
Ambil contoh, warga Papua di Kabupaten Tolikara, Puncak Jaya, atau Yahokimo tidak bisa mencairkan dana itu di daerah mereka. Pasalnya, kantor pos hanya ada di Nabire dan bank cuma ada di Wamena. Itu artinya pencairan BLT harus ditempuh dengan membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya besar. Sangat tidak logis jika untuk mencairkan Rp 300.000 seorang warga harus mengeluarkan uang Rp 1 juta-2 juta untuk tiket pesawat. (Dwi As Setianingsih)
0 Response to "KARAKTER Bangsa Indonesia"
Post a Comment