MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM : RUNTUHNYA TIGA KERAJAAN ISLAM
KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
BAB I
PENDAHULUAN
Setelah khalifah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik islam mengalami kemunduran secara drastis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cabik dalam beberapa Kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai di situ. Timur Lenk, sebagai mana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat kekuasaan islam yang lain.
Setelah Bani Abbas mengalami kehancuran, umat islam bangkit kembali dengan adanya kerajaan-kerajaan Usmani, Mughal dan Safawi. Kerajan-kerajaan tersebut merupakan tiga kerajaan terbesar pada masa itu. Akan tetapi dalam perjalanannya, ketiga kerajaan tersebut juga mengalami kemunduran dan kehancuran. Apa penyebab kehancuran dan kemunduran ketiga kerajaan tersebut ?
Makalah ini akan membahas bagaimana kehancuran dan kemunduran tiga kerajaan besar bagi umat islam tersebut yaitu kerajaan Safawi, Mughal dan Usmani.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Kerajaan (Safawi , Mughal dan Usmani)
1. Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan safawi berasal dari sebuah gerakan tarekat di Ardabil, sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat Safawiyah, di dirikan pda waktu yang hampir bersamaan dengan berdirinya kerajaan usmani. Nama Safawiyah diambil dari nama pendirinya, Safi Al-Din (1252-1334 M) dan nama safawi itu rerus dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. Bahkan, nama itu dilestarikan setelah gerakan ini mendirikan kerajaan.
Safi Al-Din berasal dari keturunan orang yang berbeda dan memilih sufi sebaga jalan hidupnya. Ia keturunan dari iman syi’ah yang ke enam. Musa Al-Kazim. Gurunya bernama syaikh Taj Al-Din Ibrahim Zahidi (1216-1301 M) yang dikenal dengan julukan Zahid Al-Din diambil menantu oleh gurunya tersebut. Safi Al-Din mendirikan tarekat Safawiyah setelah ia menggantikan guru dan sekaligus meertuanya yang wafat tahun 1301 M. Pengikut torekat ini sangat teguh memegang ajaran agama. Pada mulanya gerakan tasawuf Safawiyah bertujuan memerangi oran-orang ingkar.
2. Kerajaan Mughal di India
Kerajaan mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan mughal bukanlah kerajaan Islam pertama anak benua India. Awal kekuasaan islam di wilayah india terjadi pada masa kalifah Al-Walid, dari Dinasti Bani Umayah, penaklukan wilayah ini dilakukan oleh tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad Ibn Qasim.
Kerajaan Mughal atau Mogul di India diasaskan oleh Babur pada tahun 1526, apabila dia mengalahkan Ibrahim Lodi, sultan terakhir dalam kesultanan Delhi dalam Pertempuran pertama Panipat. Kebanyakannya telah ditawan oleh Sher Shahsemasa pemerintahan Humayun, tetapi di bawah Akbar, ia berkembang dengan lebih luas, dan terus berkembang sehingga akhir pemerintahan Aurangzeb. Selepas kemangkatan Aurangzebpada tahun 1707, kerajaan Mughal semakin lemah, walaupun ia kekal sebagai kuasa memerintah di benua Indiaselama 150 tahun berikutnya. Dalam tahun 1739 ia dikalahkan oleh tentera Persiadi bawah pemerintahan Nadir Shah. Pada tahun 1756 tentera Ahmad Shahmerompak Delhi sekali lagi. Kekalahan terakhir ditangan Empire British pada tahun 1857, walaupun ia telahpun menjadi gelaran kehormatan sahaja, tanpa kuasa pemerintahan sebenar.
3. Kerajaan Usmani.
Pendiri kerajaan ini adalah dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah utara Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke sembilan atau kesepuluh, ketika mereka menetap di Asia Tengah. Di bawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke 13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara-saudara mereka orang-orang Turki Saljuk, di dataran tinggi Asia kecil. Di sana, di bawah pimpinan Erthogrul, mereka mengabdikan diri ke Sultan Alaudin II, Sultan Saljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan mereka, Sultan Alaudin mendapat kemenangan. Berkat jasa baik itu, Alauddin menghadiahkan sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka terus membina wilayah barunya dengan memilih kota Syukud sebagai ibu kota.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya, Usman. Putra Ertoghrul inilah yang dianggap pendiri Kerajaan Usmani. Usman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Sebagaimana ayahnya ia banyak berjasa kepada Sultan Aliuddin II dengan keberhasilannya ia menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa. Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang Kerajaan Saljuk dan sultan Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa Kerajaan kecil. Usman pun menyatakan kemerdekaannya dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah, kerajaan Usmani dinyatakan berdiri. Penguasa pertamanya adalah Usman yang sering disebut juga Usman I.
Setelah Usman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman(raja besar keluarga Usman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat di perluasnya. Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, kemudian, pada tahun 1326 M dijadikan sebagai ibu kota Kerajaan. Pada masa pemerintahan Orkhan (726 H/ 1326 M-761 H/ 1359 M) Kerajaan Turki Usmani ini dapat menaklukkan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M) daerah ini adalah bagian benua Eropa yang pertama kali di duduki Kerajaan Usmani.
B. KEMUNDURAN TIGA KERAJAAN BESAR (1700-1800 M)
1. Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Safawi
Sepeninggal Abbas I Kerajaan Safawi berturut-turut Diperintah oleh enam raja, yaitu Safi Mirza (1628-1642 M), Abas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husain (1694-1722 M), Tahmasp II (1722-1732 M), dan abas III (1733-1736) pada masa raja-raja tersebut kerajaan safawi tidak menunjukan grafik naik dan berkembang, tetapi justru memperlihatkan kemunduran yang akhirnya membawa kepada kehancuran.
Sebab-sebab kemunduran Kerajaan Safawi, antara lain:
1. Para Pemimpin yang lemah.
Safi Mirza, cucu abbas I, adalah seorang pemimpin yang lemah. Ia sangat kejam terhadap pembesar-pembesar kerajaan karena sifat pencemburunya. Kemajuan yang pernah dicapai oleh abbas I segera menurun. Kota Qondahar (sekarang termasuk wilayah afganistan ) lepas dari kekuasaan kerajaan safawi, diduduki oleh kerajaan mughal yang ketika itu dipimpin oleh Sultan Syah Jehan, sementara baghdad direbut oleh kerajaan Usmani.
2. Para Pemimpin suka minum-minuman keras.
Abbas II adalah raja yang suka minum-minuman keras sehingga ia jatuh sakit dan meninggal. Meskipun demikian, dengan bantuan wajir-wajirnya, pada masa kota Qandahar dapat direbut kembali. Sebagaimana Abbas II, Sulaiman juga seorang pemabuk. Ia bertindak kejam terhadap para pembesar yang dicurigainya. Akibatnya, rakyat bersifat masa bodoh terhadap pemerintah. Ia diganti oleh Shah Husein yang alim. Pengganti sulaiman ini meberi kekuasaan yang besar kepada para ulama Syi’ah yang sering memaksakan pendapatnya terhadapa penganut aliran Sunni. Sikap ini membangkitkan kemarahan golongan sunni Afhganistan, sehingga mereka berontak dan berhasil mengakhiri kekuasaan dinasti Safawi.
3. adanya dekadensi moral yang melanda sebagian pemimpin. Hal ini juga turut mempercepat proses kehancuran kerajaan Safawi.
4. konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Usmani yang beraliran Syi’ah. karena pasukan ghulam (pasukan budak) yang dibentuk oleh Abbas I tidak memiliki semangat perang yang tinggi seperti Qizilbash.
5. adanya konflik internal kerajaan, dalam bentuk perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana.
2. Kemunduran dan Runtuhnya Kerajaan Mughal
Setelah satu setengah abad dinasti mughal berada dipuncak kejayaannya, para pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke 18 M kerajaan ini memasuki masa-masa kemunduran. Kekuatan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat jpusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu semakin lama semakin mengancam. Sememntara itu pedagang inggris untuk pertamakalinya diizinkan oleh Jehangir menanamkan modal di India, dengan didukung oleh kekutan bersenjata semakin kuat menguasai wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul tapi dapat diatasi. Pemberontakan ini bermula dari tindakan aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran Puritanisme-nya. Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata ia lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya.
Ada beberapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858M, yaitu :
1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara.
2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
4. Terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.
3. Kemunduran Kerajaan Usmani
Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat ( 1566 M) kerajaan turki usmani mulai mengalami fase kemundurannya. Akan tetapi, sebagai sebuah kerajaan yang sangat besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-Qanuni diganti oleh Salim II (1566-1573 M). Dimasa pemerintahannya terjadi pertempuran antara armada laut kerajaan usmani dengan armada laut Bundukia , angkatan sri paus, dan sebagian kapal para pendeta Malta yang dipimpin Don Juan dari sepanyol. Pertempuran ini, Turki usmani mengalami kekalahan yang mengakibatkan Tunisia dapat direbut oleh musuh. Baru pada masa sultan berikutnya, Sultan Murad III pada tahun 1575 M tunisia dapat direbut kembali.
Banyak faktor yang menyebabkan Kerajaan Usmani itu mengalami kemundruan, diantaran adalah :
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas. Administrasi pemerintahan yang sangat luas wilayahnya sangat rumit dan kompleks, sementara administrasi kerajaan Usmani tidak beres.
2. Heterogenitas penduduk. Dengan luasnya wilayah secara otomatis terdapat perbedaan bangsa dan agama dari berbagai wilayah. Oleh karena itu, perbedaan bangsa dan agama sering kali melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dan peperangan.
3. Kelemahan para penguasa. Sepeninggal Sulaiman al-Qanuni, Kerajaan Usmani dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinannya, akibatnya pemerintah menjadi kacau dan tidak kondusif.
4. Budaya pungli atau kalau penulis boleh katakan dengan istilah “korupsi sudah membudaya”. Setiap jabatan yang hendak diraih seseorang, maka harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan jabatan tersebut.
5. Pemberontakan tentara Jenissari. Jernissari adalah tentara kerajaan Usmani yang bertugas dalam ekspansi militer dalam memperluas wilayahnya. Akan tetapi, tentara Jenissari sendiri melakukan pemberontakan. Bahkan pemberontakan dilakukan sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M dan 1826.
6. Merosotnya ekonomi. Hal ini dikarenakan perang yang tak pernah berhenti, sehingga anggaran digunakan untuk kepentingan perang, sedangkan pendapatan berkurang dan belanja negara banyak.
7. Terjadinya stagnasi dalam lapangan ilmu dan teknologi. Hal ini dikarenakan kerajaan Usmani kurang berhasil dalam pengembangan ilmu dan teknologi, dan hanya mementingkan pengembangan kekuatan militer.
Demikian beberapa faktor kemunduran atau kehancuran kerajaan Usmani, yang pada waktu bersamaan pula, menjadi awal dari kekuatan-kekuatan Eropa untuk menduduki wilayah-wilayah yang pernah diduduki oleh kerajaan Usmani.
4. Kemajuan Eropa (Barat)
Bersama waktunya dengan kemunduran tiga kerajaan Islam di periode pertengahan sejarah Islam, Eropa Barat (biasa disebut dengan ”Barat” saja). Sedangkan mengalami kemajuan dengan pusat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah Islam. Ketika itu, perabadan Islam dapat dikatakan paling maju, memamncarkan sinarnya ke seluruh dunia, sementara Eropa sedang berada dalam kebodohan dan keterbelakangan.
Kemajuan Eropa (Barat) memang bersumber dari khazanah ilmu pengetahuan dan metode berpikir Islam yang rasional. Di antara saluran masuknya peradaban Islam ke Eropa itu adalah perang Salib, Sacilia, dan yang penting adalah Spanyol Islam. Ketika islam mengalami kejayaan di Spanyol, banyak orang eropa yang belajar ke sana kemudian menerjemahkan karya – karya ilmiah umat islam. Hal ini dimulai sejak abad ke-12 M. Setelah mereka pulang ke negeri masing-masing, mereka mendirikan universitas dengan meniru pola islam dan mengejarkan ilmu yang dipelajari di universitas-universitas islam itu. Dalam perkembangan selanjutnya keadaan ini melahirkan renaissance, repormasi, dan rasionalisme di Eropa.
Gerakan-gerakan renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke -16 dan 17 merupakan abad yang paling penting bagi Eropa, sementara pada akhir abad ke-17 itu pula, dunia islam mulai mengalami kemunduran. Dengan lahirnya renaisans, eropa bangkit kembali untuk mengejar ketinggalan mereka pada masa kebodohan dan kegelapan.
Dengan organisasi dan persenjatan moderen pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan islam, seperti ketika kerajaan usmani berhadapan dengan kekuatan-kekuatan eropa dan kerajaan mughal berhadapan dengan inggris. Daerah-daerah kekuasaan islam lainnya mulai berjatuhan ketangan eropa, seperti asia tenggara, bahkan mesir, salah satu pusat peradaban islam terpenting diduduki Napoleon Bonaparte dari Prancis pada tahun 1798 M.
Benturan-benturan antara kerajaan Islam dengan kekuatan eropa itu menyadarkan umat islam bahwa mereka memang sudah jauh tertinggal dari Eropa. Kesadaran itulah yang menyebabkan umat islam terpaksa harus banyak belajar dari Eropa. Perimbangan kekuatan umat islam dan eropa berubah dengan cepat. Di antara kemajuan Eropa dan kemunduran islam terbentang jurang yang sangat lebar dan dalam. Dalam perkembangan berikutnya, daerah-daerah Islam hampir seluruhnya berada di bawah kekuasaan bangsa Eropa.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian singkat tentang kemunduran tiga kerajaan besar islam (Usmani, Mughal dan Syafawi) di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa, tiga kerajaan tersebut merupakan kerajaan islam terbesar, karena dalam waktu kurun yang panjang setelah Bani Abbas mengalami keruntuhan dengan ditandainya jatuhnya kota Baghdad ke tangan bangsa Nongol pada tahun 1258 M, setelah itu umat islam mengalami kemunduran. Umat islam bangkit kembali dengan adanya kerajaan Usmani yang mendiami daerah Nongol dan daerah utara Cina, kemudaian kerajaan Safawi di Persia dan kerajaan Mughal di India.
Akan tetapi, dalam perjalanannya ketiga kerajaan tersebut mengalami kemunduran. Hal yang paling urgen penyebab kemunduran ketiga kerajaan tersebut antara lain adalah :
a. Adanya dekadensi moral yang melanda para pemimpin
b. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
c. Adanya tradisi korupsi
d. Perebutan kekuasaan
e. Dan terjadinya stagnasi militer.
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Dan kami sadar makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap saran dan kritik dari pembaca budiman, demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Rajawali Pers
Mubarok, Dr. H. Jaih, Sejarah Peradaban Islam, Bandung : Pustaka Bani Quraisy, 2004
http://warungbaca.blogspot.com/2008/09/masa-kemunduran-tiga-kerajaan-besar.html
0 Response to "MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM : RUNTUHNYA TIGA KERAJAAN ISLAM"
Post a Comment