ADA ALLOH DI NEGERI KANGURU...sebuah resensi

Setiap orang dalam hidupnya pasti akan dan pernah mengalami lika-liku kehidupan, meski kadar antara satu sama lainnya berbeda. Ada yang ringan dan ada pula yang berat yang sampai mengancam keimanan karena tidak sabar menghadapinya.
Selanjutnya, apa yang akan kita lakukan ketika kita galau memikirkan dan mendapatkan hidup yang seringkali berliku itu? Solusinya tidak lain adalah ingat kepada Allah lewat nama-nama agungnya, seperti yang digambarkan dalam novel Dzikir Jantung Fatimah, yang mengisahkan keteladanan seorang gadis asal Jakarta terhadap Siti Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah, setelah mengalami lika-liku hidup dan sempat putus asa.
Kisahnya, Ayu seorang gadis dengan sepatu besi yang menyangga kaki kanannya terpaksa harus menghadapi sebuah keadaan yang sangat betentangan dengan suara batinnya. Ibunya, Lidya Adiningsih, yang awalnya begitu feminim, tegas, dan bijaksana, kini semenjak menikah dengan pria berdarah Yahudi-Belanda, Ernest Bronkost (Ernie), dari hasil chating lewat internet berubah menjadi galak. Hidupnya pun menjadi glamor dan selalu bersikap materialistis. Ia rela menjual tubuhnya melalui internet untuk membeli kemewahan duniawi (hal. 177-190).
Pernikahan Lidya dengan Ernie itu mentakdirkan Ayu pindah ke luar negeri, ikut ibunya menemui suami barunya yang tinggal di negeri Kanguru, Australia. Namun apa yang terjadi? Baru sampai di bandara, tercium gelagat aneh pada Ernie. Ia tidak menjemput istri dan anak tirinya dari bandara. Bahkan, sampai beberapa hari, Ernie tak kunjung menampakkan batang hidungnya (hal. 18).
Suatu hari, keanehan itu terungkap. Lidya yang pamit keluar untuk beberapa hari hanya dengan surat, muncul di rumah dengan kondisi mengenaskan. Mata kirinya dibalut kain kasa tebal dan pipi kananya bengkak. Belum terjawab ke mana sang ibu menghilang, Lidya menghidangkan teka-teki baru bagi Ayu. Meskipun berkali-kali didesak, Lidya tak menjawab apa yang sesungguhnya dialami (hal. 158-163). Hingga akhirnya kenyataan yang sebenarnya terjawab setelah Ayu bertemu ayah dari Chia, sahabat barunya.
Ayah Chia bercerita bahwa Ernie adalah lelaki sinting yang suka menyakiti perempuan pasangannya. Dengan demikian, Ayu meyakini bahwa ibunya adalah korban Ernie berikutnya (hal. 210).
Keadaan itu membuat Ayu galau dan hidupnya menjadi terancam. Namun, akhirnya, lewat ajakan seorang muallaf asal Brazil, Marco, Ayu menemukan tekad dan semangatnya lagi melalui keteladannya terhadap sayyidah Fatimah Az-Zahra dengan berdzikir, selalu ingat kepada Allah. Lewat untaian dzikir bersama Marco, akhirnya Ayu menemukan kebahagian lahir dan batinnya, yang membawa pada kehidupan baru bagi dirinya sendiri dan juga ibunya.
Ada empat pesan penting tersirat dalam karya penulis produktif alumnus Bond University, Australia, ini. Pertama, harus jeli dan teliti dalam memilih pendamping hidup. Dalam menentukannya tidaklah cukup dengan hasil chating. Sesuai dengan anjuran agama, memilih pendamping hidup setidaknya dilandaskan pada empat hal utama, agama, nasab, wajah, dan harta.
Kedua, mencari teman dan pembimbing tidaklah harus sebaya dan serumpun. Prinsip pertemanan harus dilandasi pada keutuhan hubungan ukhuwah islamiah, tanpa ada sekat suku dan ras.
Ketiga, surga anak tetaplah ada dan selalu di telapak kaki ibu. Seperti apa pun perilaku ibu, surga anak senantiasa ada di telapak kakinya. Dalam novel ini, surga itu diwujudkan dengan hadirnya sosok Marco. Pertemuan Ayu dengannya adalah bagian dari asa dan harapan dari Lidya untuk Ayu.
Keempat, bagaimana pun galaunya seseorang dalam menghadapi lika-liku hidup ini, obat mujarabnya pastikan hanyalah dzikir, ingat kepada Allah Tuhan Yang Maha Suci.
Sebuah kisah spiritual yang penuh teladan, cocok untuk dikonsumsi siapa saja, khususnya bagi mereka yang dilanda galau. Ramuan puitis nan romantik dengan setting panorama mempersonanya semakin menambah nilai tawar novel setebal 331 halaman ini. ***
Data Buku
Judul : Dzikir Jantung Fatimah
Penulis : Naning Pranoto
Penerbit : Diva Press, Yogyakarta

Cetakan : I, April 2012
Tebal : 331 halaman
ISBN : 978-602-191-322-2
Harga : Rp. 45.000,00
*telah dimuat di Harian Bhirawa (3 Agustus 2012)

0 Response to "ADA ALLOH DI NEGERI KANGURU...sebuah resensi"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel