HADIST HADIST TENTANG METODE PENDIDIKAN ROSULULLOH SAW

HADIS-HADIS TENTANG METODE PENDIDIKAN
A. Pendahuluan

 Keberhasilan menanamkan nilai-nilai rohaniah (keimanan dan ketakwaan pada Allah swt.) dalam diri peserta didik, terkait dengan satu faktor dari sistem pendidikan, yaitu metode pendidikan yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan pesan-pesan ilahiyah, sebab dengan metode yang tepat, materi pelajaran akan dengan mudah dikuasai peserta didik. Dalam pendidikan Islam, perlu dipergunakan metode pendidikan yang dapat melakukan pendekatan menyeluruh terhadap manusia, meliputi dimensi jasmani dan rohani (lahiriah dan batiniah), walaupun tidak ada satu jenis metode pendidikan yang paling sesuai mencapai tujuan dengan semua keadaan. Sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan cara atau metode kadang lebih penting daripada materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. (Anwar, 2003: 42) Rasul saw. sejak awal sudah mencontohkan dalam mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul saw. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah saw. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah swt. dan syariโ€™at-Nya. Makalah ini akan menyajikan hadis-hadis Nabi saw. tentang metode pendidikan dalam lingkup makro dan mikro, yang dilaksanakan Rasulullah. Hadis-hadis yang berimplikasikan pada metode pendidikan dalam lingkup makro, meliputi; metode keteladanan, metode lemah lembut/kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan, metode memberi kemudahan, metode perbandingan. Metode pendidikan dalam lingkup mikro terdiri dari; metode tanya jawab, metode pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode pemberian hukuman. B. Pembahasan 1. Pengertian Metode Pendidikan. Satu dari berbagai komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah ketepatan menentukan metode. Sebab dengan metode yang tepat, materi pendidikan dapat diterima dengan baik. Metode diibaratkan sebagai alat yang dapat digunakan dalam suatu proses pencapaian tujuan. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan pembelajaran menuju tujuan pendidikan. Secara etimologi kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu meta yang berarti โ€yang dilaluiโ€ dan hodos yang berarti โ€jalanโ€, yakni jalan yang harus dilalui. Jadi secara harfiah metode adalah cara yang tepat untuk melakukan sesuatu.(Poerwakatja, 1982: 56). Sedangkan dalam bahasa Inggeris, disebut dengan method yang mengandung makna metode dalam bahasa Indonesia.(Wojowasito, 1980:113). Dalam bahasa Arab, metode disebut dengan tharฤซqah yang berarti jalan atau cara.(Louwis, t.t.: 465). Demikian pula menurut Yunus, tharฤซqah adalah perjalanan hidup, hal, mazhab dan metode.(Munawwir, 1997: 849). Secara terminologi, para ahli memberikan definisi yang beragam tentang metode, di antaranya pengertian yang dikemukakan Surakhmad (1998: 96), bahwa metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Menurut Yusuf (1995: 2), metodologi adalah ilmu yang mengkaji atau membahas tentang bermacam-macam metode mengajar, keunggulannya, kelemahannya, kesesuaian dengan bahan pelajaran dan bagaimana penggunaannya. Poerwakatja (1982: 386), mengemukakan; metode pembelajaran berarti jalan ke arah suatu tujuan yang mengatur secara praktis bahan pelajaran, cara mengajarkannya dan cara mengelolanya. Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode pendidikan, beberapa hal yang mesti ada dalam metode yaitu: a. Melaksanakan aktivitas pembelajaran dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab; b. Aktivitas tersebut memiliki cara yang baik dan tujuan tertentu; c. Tujuan harus dicapai secara efektif. Ada istilah lain dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi, sebagai berikut: a. Pendekatan (al-madkhal/approach). Pendekatan yaitu sekumpulan pemahaman mengenai bahan pelajaran yang mengandung prinsip-prinsip filosofis. Jadi pendekatan merupakan kebenaran umum yang bersifat mutlak. Misalkan asumsi yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa, bahwa aspek menyimak dan percakapan harus diajarkan terlebih dahulu sebelum aspek membaca dan menulis atau sebaliknya, sehingga dari asumsi tersebut pendidik dapat menentukan metode yang tepat.(Sumardi, t.t: 91-94). b. Teknik/strategi. Teknik penyajian bahan pelajaran adalah penyajian yang dikuasai pendidik dalam mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas, agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik. Teknik adalah pelaksanaan pengajaran di dalam kelas, yaitu penggunaan metode yang didasarkan atas pendekatan terhadap materi pelajaran. Jadi teknik harus sejalan dengan metode dan pendekatan. Misalkan dalam mengatasi masalah peserta didik yang tidak dapat menyebutkan bunyi suatu huruf dengan tepat, pendidik memintakan peserta didik untuk menirukan ucapannya. c. Metode . Metode adalah rencana menyeluruh yang berkenaan dengan penyajian bahan/materi pelajaran secara sistematis dan metodologis serta didasarkan atas suatu pendekatan, sehingga perbedaan pendekatan mengakibatkan perbedaan penggunaan metode. Jika metode tersebut dikaitkan dengan pendidikan Islam, dapat membawa arti metode sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku sehingga terlihat dalam pribadi subjek dan obyek pendidikan, yaitu pribadi Islami. Selain itu, metode dapat membawa arti sebagai cara untuk memahami, menggali dan mengembangkan ajaran Islam, sehingga terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.(Nata, 2001: 91). Metode, merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Alat ini mempunyai dua fungsi ganda, yaitu polipragmatis dan monopragmatis. Polipragmatis, bilamana metode mengandung kegunaan yang serba ganda, misalnya suatu metode tertentu pada suatu situasi kondisi tertentu dapat digunakan membangun dan memperbaiki. Kegunaannya dapat tergantung pada si pemakai atau pada corak, bentuk dan kemampuan dari metode sebagai alat. Sebaliknya monopragmatis, bilamana metode mengandung satu macam kegunaan untuk satu macam tujuan. Penggunaannya mengandung implikasi bersifat konsisten, sistematis dan kebermaknaan menurut kondisi sasarannya. Mengingat sasaran metode adalah manusia, maka pendidik dituntut untuk berhati-hati dalam penerapannya. Metode pendidikan yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya proses pembelajaran, sehingga banyak tenaga dan waktu terbuang sia-sia. Oleh karena itu, metode yang diterapkan oleh seorang guru baru berdaya guna dan berhasil guna, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Dalam pendidikan Islam, metode yang tepat guna adalah metode yang mengandung nilai nilai instrinsik dan ekstrinsik, sejalan dengan materi pelajaran dan secara fungsional dapat dipakai untuk merealisasikan nilai-nilai ideal yang terkandung dalam tujuan pendidikan Islam. (Arifin, 1996: 197). Nahlawi (1996: 204), mengatakan metode pendidikan Islam adalah metode dialog, metode kisah Qurโ€™ani dan Nabawi, metode perumpamaan Qurโ€™ani dan Nabawi, metode keteladanan, metode aplikasi dan pengamalan, metode ibrah dan nasihat serta metode tarฤฃรฎb dan tarhรฎb. Berdasarkan rumusan-rumusan di atas, dapat dipahami bahwa metode pendidikan Islam adalah berbagai cara yang digunakan oleh pendidik muslim, sebagai jalan pembinaan pengetahuan, sikap dan tingkah laku, sehingga nilai-nilai Islami dapat terlihat dalam pribadi peserta didik (subjek dan obyek pendidikan). 2. Hadis-hadis Tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup Makro a. Metode Keteladanan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ูŠููˆุณูููŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงู…ูุฑู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ุงู„ุฒู‘ูุจูŽูŠู’ุฑู ุนูŽู†ู’ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุจู’ู†ู ุณูู„ูŽูŠู’ู…ู ุงู„ุฒู‘ูุฑูŽู‚ููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‚ูŽุชูŽุงุฏูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุตูŽุงุฑููŠู‘ู ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู…ูู„ูŒ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ูŽุจูŽ ุจูู†ู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽู„ูุฃูŽุจููŠ ุงู„ู’ุนูŽุงุตู ุจู’ู†ู ุฑูŽุจููŠุนูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุดูŽู…ู’ุณู ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฌูŽุฏูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุญูŽู…ูŽู„ูŽู‡ูŽุง. Artinya: Hadis dari Abdullah ibn Yusuf, katanya Malik memberitakan pada kami dari Amir ibn Abdullah ibn Zabair dari โ€˜Amar ibn Sulmi az-Zarรขqi dari Abi Qatadah al-Anshรขri, bahwa Rasulullah saw. salat sambil membawa Umรขmah binti Zainab binti Rasulullah saw. dari (pernikahannya) dengan Abu al-Ash ibn Rabiโ€™ah ibn Abdu Syams. Bila sujud, beliau menaruhnya dan bila berdiri beliau menggendongnya. (al-Bukhari, 1987, I: 193) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfรปโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian terdiri dari ลŸiqah mutqinลฉn, raโ€™su mutqinลฉn, ลŸiqah dan perawi bernama Qatadah adalah sahabat Rasulullah saw. (CD Room, Kutub at-Tisโ€™ah). Menurut al-Asqalรขni, ketika itu orang-orang Arab sangat membenci anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukan pada mereka tentang kemuliaan kedudukan anak perempuan. Rasulullah saw. memberitahukannya dengan tindakan, yaitu dengan menggendong Umamah (cucu Rasulullah saw.) di pundaknya ketika salat. Makna yang dapat dipahami bahwa perilaku tersebut dilakukan Rasulullah saw. untuk menentang kebiasaan orang Arab yang membenci anak perempuan. Rasulullah saw. menyelisihi kebiasaan mereka, bahkan dalam salat sekalipun. (Al-Asqalani, 1379H: 591-592). Hamd, mengatakan bahwa pendidik itu besar di mata anak didiknya, apa yang dilihat dari gurunya akan ditirunya, karena anak didik akan meniru dan meneladani apa yang dilihat dari gurunya, maka wajiblah guru memberikan teladan yang baik. (al-Hamd, 2002: 27). Memperhatikan kutipan di atas dapat dipahami bahwa keteladanan mempunyai arti penting dalam mendidik, keteladanan menjadi titik sentral dalam mendidik, kalau pendidiknya baik, ada kemungkinan anak didiknya juga baik, karena murid meniru gurunya. Sebaliknya jika guru berperangai buruk, ada kemungkinan anak didiknya juga berperangai buruk. Rasulullah saw. merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin diajarkan melalui tindakannya dan kemudian menerjemahkan tindakannya ke dalam kata-kata. Bagaimana memuja Allah swt., bagaimana bersikap sederhana, bagaimana duduk dalam salat dan doโ€™a, bagaimana makan, bagaimana tertawa, dan lain sebagainya, menjadi acuan bagi para sahabat, sekaligus merupakan materi pendidikan yang tidak langsung. Mendidik dengan contoh (keteladanan) adalah satu metode pembelajaran yang dianggap besar pengaruhnya. Segala yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. dalam kehidupannya, merupakan cerminan kandungan Alquran secara utuh, sebagaimana firman Allah swt. berikut: ู„ู‚ุฏ ูƒุงู† ู„ูƒู… ููŠ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุฃุณูˆุฉ ุญุณู†ุฉ ู„ู…ู† ูƒุงู† ูŠุฑุฌูˆ ุงู„ู„ู‡ ูˆุงู„ูŠูˆู… ุงู„ุขุฎุฑ ูˆุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ูƒุซูŠุฑุง. Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. 33: 21). Al-Baidhawi (Juz 5: 9), memberi makna uswatun hasanah pada ayat di atas adalah perbuatan baik yang dapat dicontoh. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan. Dengan demikian, keteladanan menjadi penting dalam pendidikan, keteladanan akan menjadi metode yang ampuh dalam membina perkembangan anak didik. Keteladanan sempurna, adalah keteladanan Rasulullah saw., yang dapat menjadi acuan bagi pendidik sebagai teladan utama, sehingga diharapkan anak didik mempunyai figur pendidik yang dapat dijadikan panutan. b. Metode lemah lembut/kasih sayang. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ุฌูŽุนู’ููŽุฑู ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุงู„ุตู‘ูŽุจู‘ูŽุงุญู ูˆูŽุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุดูŽูŠู’ุจูŽุฉูŽ ูˆูŽุชูŽู‚ูŽุงุฑูŽุจูŽุง ูููŠ ู„ูŽูู’ุธู ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฅูุณู’ู…ูŽุนููŠู„ู ุจู’ู†ู ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุญูŽุฌู‘ูŽุงุฌู ุงู„ุตู‘ูŽูˆู‘ูŽุงูู ุนูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ูƒูŽุซููŠุฑู ุนูŽู†ู’ ู‡ูู„ูŽุงู„ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ู…ูŽูŠู’ู…ููˆู†ูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุนูŽุทูŽุงุกู ุจู’ู†ู ูŠูŽุณูŽุงุฑู ุนูŽู†ู’ ู…ูุนูŽุงูˆููŠูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุญูŽูƒูŽู…ู ุงู„ุณู‘ูู„ูŽู…ููŠู‘ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ุฃูุตูŽู„ู‘ููŠ ู…ูŽุนูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฅูุฐู’ ุนูŽุทูŽุณูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ููŽู‚ูู„ู’ุชู ูŠูŽุฑู’ุญูŽู…ููƒูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ููŽุฑูŽู…ูŽุงู†ููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุจูุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ููŽู‚ูู„ู’ุชู ูˆูŽุง ุซููƒู’ู„ูŽ ุฃูู…ู‘ููŠูŽุงู‡ู’ ู…ูŽุง ุดูŽุฃู’ู†ููƒูู…ู’ ุชูŽู†ู’ุธูุฑููˆู†ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ ููŽุฌูŽุนูŽู„ููˆุง ูŠูŽุถู’ุฑูุจููˆู†ูŽ ุจูุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽูู’ุฎูŽุงุฐูู‡ูู…ู’ ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู‡ูู…ู’ ูŠูุตูŽู…ู‘ูุชููˆู†ูŽู†ููŠ ู„ูŽูƒูู†ู‘ููŠ ุณูŽูƒูŽุชู‘ู ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽุจูุฃูŽุจููŠ ู‡ููˆูŽ ูˆูŽุฃูู…ู‘ููŠ ู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ู…ูุนูŽู„ู‘ูู…ู‹ุง ู‚ูŽุจู’ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ู ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ุชูŽุนู’ู„ููŠู…ู‹ุง ู…ูู†ู’ู‡ู ููŽูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ูƒูŽู‡ูŽุฑูŽู†ููŠ ูˆูŽู„ูŽุง ุถูŽุฑูŽุจูŽู†ููŠ ูˆูŽู„ูŽุง ุดูŽุชูŽู…ูŽู†ููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุตู’ู„ูุญู ูููŠู‡ูŽุง ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู…ูู†ู’ ูƒูŽู„ูŽุงู…ู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ุชู‘ูŽุณู’ุจููŠุญู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽูƒู’ุจููŠุฑู ูˆูŽู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูโ€ฆ. Artinya: Hadis dari Abu Jaโ€™far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjรขj as-Shawwรขf dari Yahya ibn Abi KaลŸir dari Hilรขl ibn Abi Maimลฉnah dari โ€˜Athaโ€™ ibn Yasรขr dari Muโ€™awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama Rasulullah saw., seorang dari jamaโ€™ah bersin maka aku katakan yarhamukallรขh. Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian memandangiku? Mereka memukul paha dengan tangan mereka, ketika saya memandang mereka, mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah beliau tidak membentak, memukul dan mencela saya. Rasulullah saw. (hanya) bersabda: Sesungguhnya salat ini tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan manusia. Ia hanya tasbรฎh, takbรฎr dan membaca Alquran. (Muslim, t.t, I: 381). Hadis di atas tergolong syarรฎf marfลฉโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah ลŸubut. An-Nawรขwi, dalam syarahnya mengatakan hadis ini menunjukkan keagungan perangai Rasulullah saw., dengan memiliki sikap lemah lembut dan mengasihi orang yang bodoh (belum mengetahui tata cara salat). Ini juga perintah agar pendidik berperilaku sebagaimana Rasulullah saw. dalam mendidik.(an-Nawawi, 1401H, V: 20-21). Pentingnya metode lemah lembut dalam pendidikan, karena materi pelajaran yang disampaikan pendidik dapat membentuk kepribadian peserta didik. Dengan sikap lemah lembut yang ditampilkan pendidik, peserta didik akan terdorong untuk akrab dengan pendidik dalam upaya pembentukan kepribadian. c. Metode deduktif. ุญูŽุฏู‘ูŽูŽูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุจูŽุดู‘ูŽุงุฑู ุจูู†ู’ุฏูŽุงุฑูŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุนูุจูŽูŠู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ุฎูุจูŽูŠู’ุจู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุนูŽู†ู’ ุญูŽูู’ุตู ุจู’ู†ู ุนูŽุงุตูู…ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽุจู’ุนูŽุฉูŒ ูŠูุธูู„ู‘ูู‡ูู…ู’ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูููŠ ุธูู„ู‘ูู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽุง ุธูู„ู‘ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุธูู„ู‘ูู‡ู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุงู„ู’ุนูŽุงุฏูู„ู ูˆูŽุดูŽุงุจู‘ูŒ ู†ูŽุดูŽุฃูŽ ูููŠ ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุฑูŽุจู‘ูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ู…ูุนูŽู„ู‘ูŽู‚ูŒ ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงุฌูุฏู ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŽุงู†ู ุชูŽุญูŽุงุจู‘ูŽุง ูููŠ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุงุฌู’ุชูŽู…ูŽุนูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุชูŽููŽุฑู‘ูŽู‚ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุทูŽู„ูŽุจูŽุชู’ู‡ู ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูŒ ุฐูŽุงุชู ู…ูŽู†ู’ุตูุจู ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุงู„ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูŽุฎูŽุงูู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุชูŽุตูŽุฏู‘ูŽู‚ูŽ ุฃูŽุฎู’ููŽู‰ ุญูŽุชู‘ูŽู‰ ู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ูŽ ุดูู…ูŽุงู„ูู‡ู ู…ูŽุง ุชูู†ู’ููู‚ู ูŠูŽู…ููŠู†ูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ูŽ ุฎูŽุงู„ููŠู‹ุง ููŽููŽุงุถูŽุชู’ ุนูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู. Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dar, katanya hadis Yahya dari Abdullah katanya hadis dari Khubรขib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn โ€˜Aล›im dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw.bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya yang tidak ada naungan kecuali naungan Allah; pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat kepada Allah; seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah (mereka bertemu dan berpisah karena Allah), seorang yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata โ€™saya takut kepada Allahโ€™, seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya mengalir. (al-Bukhari, t.t, I: 234). Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah mutqin, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut Abi Jamrah, metode deduktif (memberitahukan secara global) suatu materi pelajaran, akan memunculkan keingintahuan pelajar tentang isi materi pelajaran, sehingga lebih mengena di hati dan memberi manfaat yang lebih besar. (an-Andalusi, 1979, I: 97). d. Metode perumpamaan ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูุซูŽู†ู‘ูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽูู’ุธู ู„ูŽู‡ู ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ูˆูŽู‡ู‘ูŽุงุจู ูŠูŽุนู’ู†ููŠ ุงู„ุซู‘ูŽู‚ูŽูููŠู‘ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูุจูŽูŠู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ ู†ูŽุงููุนู ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ู ูƒูŽู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ุดู‘ูŽุงุฉู ุงู„ู’ุนูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽู†ูŽู…ูŽูŠู’ู†ู ุชูŽุนููŠุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูู‡ู ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูู‡ู ู…ูŽุฑู‘ูŽุฉู‹ . Artinya; Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhรขb yakni as- ลšaqafi, hadis Abdullah dari Nรขfiโ€™ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini. (Muslim, IV: 2146) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah ลŸubut, ลŸiqah hรขfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thรฎby (1417H, XI: 2634), orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw. sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Matode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw. sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas. e. Metode kiasan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุงุจู’ู†ู ุนููŠูŽูŠู’ู†ูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ู…ูŽู†ู’ุตููˆุฑู ุจู’ู†ู ุตูŽูููŠู‘ูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูู…ู‘ูู‡ู ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู‹ ุณูŽุฃูŽู„ูŽุชู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุบูุณู’ู„ูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุงู„ู’ู…ูŽุญููŠุถู ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽู‡ูŽุง ูƒูŽูŠู’ููŽ ุชูŽุบู’ุชูŽุณูู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฎูุฐููŠ ููุฑู’ุตูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุณู’ูƒู ููŽุชูŽุทูŽู‡ู‘ูŽุฑููŠ ุจูู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูƒูŽูŠู’ููŽ ุฃูŽุชูŽุทูŽู‡ู‘ูŽุฑู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุทูŽู‡ู‘ูŽุฑููŠ ุจูู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ูƒูŽูŠู’ููŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุชูŽุทูŽู‡ู‘ูŽุฑููŠ ููŽุงุฌู’ุชูŽุจูŽุฐู’ุชูู‡ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู‘ูŽ ููŽู‚ูู„ู’ุชู ุชูŽุชูŽุจู‘ูŽุนููŠ ุจูู‡ูŽุง ุฃูŽุซูŽุฑูŽ ุงู„ุฏู‘ูŽู…ูโ€ฆ. Artinya: Hadis Yahya, katanya hadis โ€˜Uyainah dari Mansyur ibn Shafiyyah dari Ibunya dari Aisyah, seorang wanita bertanya pada Nabi saw. tentang bersuci dari haid. Aisyah menyebutkan bahwa Rasul saw. mengajarkannya bagaimana cara mandi. Kemudian kamu mengambil secarik kain dan memberinya minyak wangi dan bersuci dengannya. Ia bertanya, bagaimana aku bersuci dengannya? Sabda Rasul saw. Kamu bersuci dengannya. Subhรขnallah, beliau menutup wajahnya. Aisyah mengatakan telusurilah bekas darah (haid) dengan kain itu. (al-Bukhari, I: 119) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah hรขfiz, sedangkan Aisyah adalah istri Rasulullah saw. Ibn Hajar, memberi komentar terhadap hadis ini dengan mengatakan ini adalah dalil tentang disunnahkannya menggunkan kiasan/sindiran pada hal-hal yang berkenaan dengan aurat dan bimbingan untuk masalah-masalah yang dianggap aib. (al-Asqalani, I: 415-416). Muhammad bin Ibrahim al-Hamd, mengatakan cara mempergunakan kiasan dalam pembelajaran, yaitu: 1) Rayuan dalam nasehat, seperti memuji kebaikan anak didik, dengan tujuan agar lebih meningkatkan kualitas akhlaknya, dengan mengabaikan membicarakan keburukannya. 2) Menyebutkan tokoh-tokoh agung umat Islam masa lalu, sehingga membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti jejak mereka. 3) Membangkitkan semangat dan kehormatan anak didik. 4) Sengaja menyampaikan nasehat di tengah anak didik. 5) Menyampaikan nasehat secara tidak langsung/ melalui kiasan. 6) Memuji di hadapan orang yang berbuat kesalahan, orang yang mengatakan sesuatu yang berbeda dengan perbuatannya. Merupakan cara mendorong seseorang untuk berbuat kebajikan dan meninggalkan keburukan. f. Metode memberi kemudahan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุจูŽุดู‘ูŽุงุฑู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ุณูŽุนููŠุฏู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุดูุนู’ุจูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ุฃูŽุจููˆ ุงู„ุชู‘ูŽูŠู‘ูŽุงุญู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู†ูŽุณู ุจู’ู†ู ู…ูŽุงู„ููƒู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุณู‘ูุฑููˆุง ูˆูŽู„ุง ุชูุนูŽุณู‘ูุฑููˆุง ูˆูŽุจูŽุดู‘ูุฑููˆุง ูˆูŽู„ุง ุชูู†ูŽูู‘ูุฑููˆุง ูˆูƒุงู† ูŠุญุจ ุงู„ุชุฎููŠู ูˆุงู„ุชุณุฑูŠ ุนู„ู‰ ุงู„ู†ุงุณ. Artinya: Hadis Muhammad ibn Basysyar katanya hadis Yahya ibn Sรขโ€™id katanya hadis Syuโ€™bah katanya hadis Abu Tayyรขh dari Anas ibn Malik dari Nabi saw. Rasulullah saw. bersabda: Mudahkanlah dan jangan mempersulit. Rasulullah saw. suka memberikan keringanan kepada manusia.(al-Bukhari, I: 38) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah hรขfiz, Anas adalah sahabat Rasul saw. Ibnu Hajar al-Asqalรขni mengomentari hadis tersebut dengan mengatakan pentingnya memberikan kemudahan bagi pelajar yang memiliki kesungguhan dalam belajar, (al-Asqalani, I: 62) dalam arti mengajarkan ilmu pengetahuan harus mempertimbangkan kemampuan si pelajar. Sebagai pendidik, Rasulullah saw. tidak pernah mempersulit, dengan harapan para sahabat memiliki motivasi yang kuat untuk tetap meningkatkan aktivitas belajar . g. Metode perbandingan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุดูŽูŠู’ุจูŽุฉูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ุฅูุฏู’ุฑููŠุณูŽ ุญ ูˆ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุงุจู’ู†ู ู†ูู…ูŽูŠู’ุฑู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููŠ ูˆูŽู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุจูุดู’ุฑู ุญ ูˆ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ู…ููˆุณูŽู‰ ุจู’ู†ู ุฃูŽุนู’ูŠูŽู†ูŽ ุญ ูˆ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุฑูŽุงููุนู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ุฃูุณูŽุงู…ูŽุฉูŽ ูƒูู„ู‘ูู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ู’ ุฅูุณู’ู…ูŽุนููŠู„ูŽ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุฎูŽุงู„ูุฏู ุญ ูˆ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุญูŽุงุชูู…ู ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽูู’ุธู ู„ูŽู‡ู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ุณูŽุนููŠุฏู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฅูุณู’ู…ูŽุนููŠู„ู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู‚ูŽูŠู’ุณูŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ู…ูุณู’ุชูŽูˆู’ุฑูุฏู‹ุง ุฃูŽุฎูŽุง ุจูŽู†ููŠ ููู‡ู’ุฑู ูŠูŽู‚ููˆู„ูุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฅูู„ู‘ูŽุง ู…ูุซู’ู„ู ู…ูŽุง ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ุฅูุตู’ุจูŽุนูŽู‡ู ู‡ูŽุฐูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจูุงู„ุณู‘ูŽุจู‘ูŽุงุจูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู’ูŠูŽู…ู‘ู ููŽู„ู’ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู’ ุจูู…ูŽ ุชูŽุฑู’ุฌูุนู ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซูู‡ูู…ู’ ุฌูŽู…ููŠุนู‹ุง ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู ุฃูŽุจููŠ ุฃูุณูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽูˆู’ุฑูุฏู ุจู’ู†ู ุดูŽุฏู‘ูŽุงุฏู ุฃูŽุฎููŠ ุจูŽู†ููŠ ููู‡ู’ุฑู ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซูู‡ู ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุฅูุณู’ู…ูŽุนููŠู„ู ุจูุงู„ู’ุฅูุจู’ู‡ูŽุงู…ู. Artinya: Hadis Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Abdullah ibn Idris, Hadis ibn Numair, hadis Abi Muhammad ibn Bisyr, hadis Yahya ibn Yahya, khabar dari Musa ibn Aโ€™yรขn, hadis Muhammad ibn Rafiโ€™, hadis Abu Usamah dari Ismail ibn Abi Khalid, hadis Muhammad ibn Hatim dan lafaz darinya, hadis Yahya ibn Saโ€™id, hadis Ismรขil, hadis Qรขis katanya aku mendengar Mustaurid saudara dari bani Fihrin katanya, Rasul saw. bersabda: Demi Allah tidaklah dunia dibandingkan dengan akhirat kecuali seperti seorang yang menaruh jarinya ini, beliau menunjuk kepada telunjuknya di laut, kemudian perhatikan apa yang tersisa di telunjuknya. (Muslim, IV: 3193) Hadis di atas tergolong syarif marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah hafiz, ลŸiqah ลŸubut dan ล›aduq. Imam an-Nawรขwi memberi komentar pada hadis ini, dengan ungkapanโ€ akhirat dibandingkan dengan dunia, dalam hal waktunya dunia itu singkat dan kenikmatannya yang sirna, sedangkan akhirat serba abadi, sebagaimana perbandingan antara air yang lengket pada jari dibanding dengan sisanya di lautan. (an-Nawawi, XVII: 192-193) Makna hadis di atas yaitu pentingnya metode perbandingan dalam pendidikan, sehingga potensi jasmaniah dan rohaniah si pembelajar dapat memahami hal-hal yang memiliki perbedaan antara suatu permasalahan dengan lainnya. 3. Hadis-hadis Tentang Metode Pendidikan dalam Lingkup Mikro a. Metode tanya jawab ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู‚ูุชูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุจู’ู†ู ุณูŽุนููŠุฏู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู„ูŽูŠู’ุซูŒ ุญ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูุชูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุจูŽูƒู’ุฑูŒ ูŠูŽุนู’ู†ููŠ ุงุจู’ู†ูŽ ู…ูุถูŽุฑูŽ ูƒูู„ูŽุงู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุงู„ู’ู‡ูŽุงุฏู ุนูŽู†ู’ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽู„ูŽู…ูŽุฉูŽ ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽูููŠ ุญูŽุฏููŠุซู ุจูŽูƒู’ุฑู ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ุณูŽู…ูุนูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฃูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ู’ ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ู†ูŽู‡ู’ุฑู‹ุง ุจูุจูŽุงุจู ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ูŠูŽุบู’ุชูŽุณูู„ู ู…ูู†ู’ู‡ู ูƒูู„ู‘ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุฎูŽู…ู’ุณูŽ ู…ูŽุฑู‘ูŽุงุชู ู‡ูŽู„ู’ ูŠูŽุจู’ู‚ูŽู‰ ู…ูู†ู’ ุฏูŽุฑูŽู†ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ู„ูŽุง ูŠูŽุจู’ู‚ูŽู‰ ู…ูู†ู’ ุฏูŽุฑูŽู†ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ุตู‘ูŽู„ูŽูˆูŽุงุชู ุงู„ู’ุฎูŽู…ู’ุณู ูŠูŽู…ู’ุญููˆ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจูู‡ูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽุงูŠูŽุง. Artinya: Hadis Qutaibah ibn Saโ€™id, hadis Lรขis kata Qutaibah hadis Bakr yaitu ibn Mudhar dari ibn Hรขd dari Muhammad ibn Ibrahim dari Abi Salmah ibn Abdurrahmรขn dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah saw. bersabda; Bagaimana pendapat kalian seandainya ada sungai di depan pintu salah seorang di antara kalian. Ia mandi di sana lima kali sehari. Bagaimana pendapat kalian? Apakah masih akan tersisa kotorannya? Mereka menjawab, tidak akan tersisa kotorannya sedikitpun. Beliau bersabda; Begitulah perumpamaan salat lima waktu, dengannya Allah menghapus dosa-dosa. (Muslim, I: 462-463) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah ลŸubut, sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasulullah saw. Metode bertanya ini untuk mengajak si pendengar agar fokus dengan pembahasan. Misalnya kata; โ€bagaimana pendapat kalian?โ€ adalah pertanyaan yang diajukan untuk meminta informasi. Maksudnya beritahukan padaku, apakah masih tersisa?. Menurut at-Thiiby, sebagaimana dikutip al-Asqalรขni, menjelaskan lafaz โ€ู„ูˆโ€ dalam hadis tersebut memberi makna perumpamaan. (al-Asqalani, I: 462). Metode tanya jawab, apakah pembicaraan antara dua orang atau lebih, dalam pembicaraan tersebut mempunyai tujuan dan topik tertentu. Metode dialog berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya.(an-Nahlawi, 1996: 205). Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. Nahlawi, mengatakan pembaca dialog akan mendapat keuntungan berdasarkan karakteristik dialog, yaitu topik dialog disajikan dengan pola dinamis sehingga materi tidak membosankan, pembaca tertuntun untuk mengikuti dialog hingga selesai. Melalui dialog, perasaan dan emosi akan terbangkitkan, topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. Dalam Alquran banyak memberi informasi tentang dialog, di antara bentuk-bentuk dialog tersebut adalah dialog khitรขbi, taโ€™abbudi, deskritif, naratif, argumentatif serta dialog nabawiyah. Metode tanya jawab, sering dilakukan oleh Rasul saw. dalam mendidik akhlak para sahabat. Dialog akan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka pahami. Pada dasarnya metode tanya jawab adalah tindak lanjut dari penyajian ceramah yang disampaikan pendidik. Dalam hal penggunaan metode ini, Rasulullah saw. menanyakan kepada para sahabat tentang penguasaan terhadap suatu masalah. b. Metode Pengulangan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูุณูŽุฏู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ู…ูุณูŽุฑู’ู‡ูŽุฏู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู‡ู’ุฒู ุจู’ู†ู ุญูŽูƒููŠู…ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ุฃูŽุจููŠ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูู„ู‘ูŽุฐููŠ ูŠูุญูŽุฏู‘ูุซู ููŽูŠูŽูƒู’ุฐูุจู ู„ููŠูุถู’ุญููƒูŽ ุจูู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ูŽ ูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูŽู‡ู. Artinya: Hadis Musaddad ibn Musarhad hadis Yahya dari Bahzรข ibn Hรขkim, katanya hadis dari ayahnya katanya ia mendengar Rasulullah saw bersabda: Celakalah bagi orang yang berbicara dan berdusta agar orang-orang tertawa. Kecelakaan baginya, kecelakaan baginya. (As-Sijistani, t.t, II: 716). Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah hafiz, ลŸiqah sadลฉq. Rasulullah saw. mengulang tiga kali perkataan โ€celakalahโ€, ini menunjukkan bahwa pembelajaran harus dilaksanakan dengan baik dan benar, sehingga materi pelajaran dapat dipahami dan tidak tergolong pada orang yang merugi. Satu proses yang penting dalam pembelajaran adalah pengulangan/latihan atau praktek yang diulang-ulang. Baik latihan mental dimana seseorang membayangkan dirinya melakukan perbuatan tertentu maupun latihan motorik yaitu melakukan perbuatan secara nyata merupakan alat-alat bantu ingatan yang penting. Latihan mental, mengaktifkan orang yang belajar untuk membayangkan kejadian-kejadian yang sudah tidak ada untuk berikutnya bayangan-bayangan ini membimbing latihan motorik. Proses pengulangan juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang. Kemampuan melukiskan tingkah laku dan kecakapan membuat model menjadi kode verbal atau kode visual mempermudah pengulangan. Metode pengulangan dilakukan Rasulullah saw. ketika menjelaskan sesuatu yang penting untuk diingat para sahabat. c. Metode demonstrasi ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูุซูŽู†ู‘ูŽู‰ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ูˆูŽู‡ู‘ูŽุงุจู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽูŠู‘ููˆุจู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‚ูู„ูŽุงุจูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ุฃูŽุชูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุดูŽุจูŽุจูŽุฉูŒ ู…ูุชูŽู‚ูŽุงุฑูุจููˆู†ูŽ ููŽุฃูŽู‚ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุนูุดู’ุฑููŠู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ูˆูŽู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฑูŽุญููŠู…ู‹ุง ุฑูŽูููŠู‚ู‹ุง ููŽู„ูŽู…ู‘ูŽุง ุธูŽู†ู‘ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽุง ู‚ูŽุฏู’ ุงุดู’ุชูŽู‡ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุฏู’ ุงุดู’ุชูŽู‚ู’ู†ูŽุง ุณูŽุฃูŽู„ูŽู†ูŽุง ุนูŽู…ู‘ูŽู†ู’ ุชูŽุฑูŽูƒู’ู†ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽู†ูŽุง ููŽุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑู’ู†ูŽุงู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุฑู’ุฌูุนููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ููŠูƒูู…ู’ ููŽุฃูŽู‚ููŠู…ููˆุง ูููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ู‘ูู…ููˆู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูุฑููˆู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ุฃูŽุญู’ููŽุธูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ู„ุง ุฃูŽุญู’ููŽุธูู‡ูŽุง ูˆูŽุตูŽู„ู‘ููˆุง ูƒูŽู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูู…ููˆู†ููŠ ุฃูุตูŽู„ู‘ููŠ. Artinya: Hadis dari Muhammad ibn MuลŸanna, katanya hadis dari Abdul Wahhรขb katanya Ayyลฉb dari Abi Qilรขbah katanya hadis dari Mรขlik. Kami mendatangi Rasulullah saw. dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh malam) 20 malam. Rasulullah saw adalah seorang yang penyayang dan memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan kami memberitahukannya. Beliau bersabda; kembalilah bersama keluargamu dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka. Beliau menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan salatlah sebagaimana kalian melihat aku salat. (al-Bukhari, I: 226) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah kaลŸir, ลŸiqah ลŸubut. Hadis ini sangat jelas menunjukkan tata cara salat Rasulullah saw. kepada sahabat, sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah saw. agar salat seperti yang dicontohkan olehnya. Menurut teori belajar sosial, hal yang amat penting dalam pembelajaran ialah kemampuan individu untuk mengambil intisari informasi dari tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku mana yang akan diambil untuk dilaksanakan. Dalam pandangan paham belajar sosial, sebagaimana dikemukakan Grendler (1991: 369), orang tidak dominan didorong oleh tenaga dari dalam dan tidak oleh stimulus-stimulus yang berasal dari lingkungan. Tetapi sebagai interaksi timbal balik yang terus-menerus yang terjadi antara faktor-faktor penentu pribadi dan lingkungannya. Metode demonstrasi dimaksudkan sebagai suatu kegiatan memperlihatkan suatu gerakan atau proses kerja sesuatu. Pekerjaannya dapat saja dilakukan oleh pendidik atau orang lain yang diminta mempraktekkan sesuatu pekerjaan. Metode demonstrasi dilakukan bertujuan agar pesan yang disampaikan dapat dikerjakan dengan baik dan benar. Metode demonstrasi dapat dipergunakan dalam organisasi pelajaran yang bertujuan memudahkan informasi dari model (model hidup, model simbolik, deskripsi verbal) kepada anak didik sebagai pengamat. Sebagai contoh dipakai mata pelajaran Pikih kelas II pada madrasah Tsanawiyah yang membahas pelaksanaan shalat Zuhur. Kompetensi Dasar (KD) dari pokok bahasan tersebut adalah: โ€œSiswa dapat melaksanaan ibadah shalat Zuhur setelah mengamati dan mempraktekkan berdasarkan model yang ditentukanโ€. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, dibutuhkan beberapa kemampuan yang harus dikuasai anak didik dalam indikator pencapaian, yaitu : 1) Kemampuan gerakan (melakukan posisi berdiri tegak menghadap kiblat, mengangkat tangan sejajar dengan telinga ketika takbiratul ihram, membungkuk dengan memegang lutut ketika rukuโ€™, melakukan iโ€™tidal, melakukan sujud dengan kening menempel di sajadah, melakukan duduk di antara dua sujud, melakukan duduk tahyat akhir yang agak berbeda dengan duduk di antara dua sujud, melakukan salam dengan menoleh ke kanan dan kiri. 2) Kemampuan membaca bacaan salat (bacaan surat al-Fatihah, bacaan ayat Alquran, bacaan rukuโ€™, bacaan berdiri iโ€™tidรขl, bacaan sujud, bacaan duduk antara dua sujud, bacaan tahyat awal dan akhir. 3) Menganalisis tingkah laku yang dimodelkan. Tingkah laku yang dimodelkan sesuai dengan bahan pelajaran adalah โ€˜motorikโ€ meliputi keterampilan dalam gerakan salat dan kemampuan membaca bacaan shalat. 4) Menunjukkan model. Gerakan dalam salat dilakukan berdasarkan urut-urutannya (prosedural) dan bacaan dalam salat diucapkan dengan baik dan benar berdasarkan tata cara membaca Alquran (ilmu tajwid). 5) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktekkan dengan umpan balik yang dapat dilihat, tiap anak didik mempraktekkan kembali gerakan shalat Zuhur yang ditunjukkan oleh model seiring dengan aba-aba prosedur yang diberikan guru. Demikian pula dengan bacaan salat dapat dipraktekkan anak didik. 6) Memberikan reinforcement dan motivasi. Guru memberikan penguatan pada anak didik yang telah berhasil melakukan gerakan dengan baik dan benar dan mengarahkan serta memperbaiki gerakan dan bacaan anak didik yang belum sesuai. d. Metode eksperimen ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุขุฏูŽู…ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุดูุนู’ุจูŽุฉู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุญูŽูƒูŽู…ู ุนูŽู†ู’ ุฐูŽุฑู‘ู ุนูŽู†ู’ ุณูŽุนููŠุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽู†ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจู’ุฒูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฌูŽุงุกูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฅูู„ูŽู‰ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ููŠ ุฃูŽุฌู’ู†ูŽุจู’ุชู ููŽู„ูŽู…ู’ ุฃูุตูุจู’ ุงู„ู’ู…ูŽุงุกูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู…ู‘ูŽุงุฑู ุจู’ู†ู ูŠูŽุงุณูุฑู ู„ูุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทู‘ูŽุงุจู ุฃูŽู…ูŽุง ุชูŽุฐู’ูƒูุฑู ุฃูŽู†ู‘ูŽุง ูƒูู†ู‘ูŽุง ูููŠ ุณูŽููŽุฑู ุฃูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ููŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ุชูุตูŽู„ู‘ู ูˆูŽุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ููŽุชูŽู…ูŽุนู‘ูŽูƒู’ุชู ููŽุตูŽู„ู‘ูŽูŠู’ุชู ููŽุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชู ู„ูู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽูƒู’ูููŠูƒูŽ ู‡ูŽูƒูŽุฐูŽุง ููŽุถูŽุฑูŽุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุจููƒูŽูู‘ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู†ูŽููŽุฎูŽ ูููŠู‡ูู…ูŽุง ุซูู…ู‘ูŽ ู…ูŽุณูŽุญูŽ ุจูู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู โ€ฆ. Artinya: Hadis Adam, katanya hadis Syuโ€™bah ibn Abdurrahmรขn ibn Abzรข dari ayahnya, katanya seorang laki-laki datang kepada Umar ibn Khattรขb, maka katanya saya sedang janabat dan tidak menemukan air, kata Ammar ibn Yasir kepada Umar ibn Khattรขb, tidakkah anda ingat ketika saya dan anda dalam sebuah perjalanan, ketika itu anda belum salat, sedangkan saya berguling-guling di tanah, kemudian saya salat. Saya menceritakannya kepada Rasul saw. kemudian Rasulullah saw. bersabda: โ€Sebenarnya anda cukup beginiโ€. Rasul memukulkan kedua telapak tangannya ke tanah dan meniupnya kemudian mengusapkan keduanya pada wajah.(al-Bukhari, I: 129) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah hafiz, ลŸiqah ลŸubut. Menurut al-Asqalani, hadis ini mengajarkan sahabat tentang tata cara tayammum dengan perbuatan. (Al-Asqalani, I: 444) Sahabat Rasulullah saw. melakukan upaya pensucian diri dengan berguling di tanah ketika mereka tidak menemukan air untuk mandi janabat. Pada akhirnya Rasulullah saw. memperbaiki ekperimen mereka dengan mencontohkan tata cara bersuci menggunakan debu. e. Metode pemecahan masalah. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู‚ูุชูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุจู’ู†ู ุณูŽุนููŠุฏู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฅูุณู’ู…ูŽุงุนููŠู„ู ุจู’ู†ู ุฌูŽุนู’ููŽุฑู ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ุฏููŠู†ูŽุงุฑู ุนูŽู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุนูู…ูŽุฑูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ู…ูู†ู’ ุงู„ุดู‘ูŽุฌูŽุฑู ุดูŽุฌูŽุฑูŽุฉู‹ ู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ู‚ูุทู ูˆูŽุฑูŽู‚ูู‡ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุซูŽู„ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ู ููŽุญูŽุฏู‘ูุซููˆู†ููŠ ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ููŽูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ูููŠ ุดูŽุฌูŽุฑู ุงู„ู’ุจูŽูˆูŽุงุฏููŠ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ูููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุฎู’ู„ูŽุฉู ููŽุงุณู’ุชูŽุญู’ูŠูŽูŠู’ุชู ุซูู…ู‘ูŽ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุญูŽุฏู‘ูุซู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‡ููŠูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุฎู’ู„ูŽุฉู. Artinya: Hadis Quthaibah ibn Sรขโ€™id, hadis Ismรขil ibn Jaโ€™far dari Abdullah ibn Dinar dari Umar, sabda Rasulullah saw. Sesungguhnya di antara pepohonan itu ada sebuah pohon yang tidak akan gugur daunnya dan pohon dapat diumpamakan sebagai seorang muslim, karena keseluruhan dari pohon itu dapat dimanfaatkan oleh manusia. Cobalah kalian beritahukan kepadaku, pohon apakah itu? Orang-orang mengatakan pohon Bawรขdi. Abdullah berkata; Dalam hati saya ia adalah pohon kurma, tapi saya malu (mengungkapkannya). Para sahabat berkata; beritahukan kami wahai Rasulullah!. Sabda Rasul saw; itulah pohon kurma.(al-Bukhari, I: 34). Hadis di atas tergolong syarรฎf marfลซโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah ลŸubut, dan ลŸiqah, sedangkan ibn Umar ra. adalah sahabat Rasulullah saw. Al-Asqalรขni (I:147), menyebutkan dengan metode perumpamaan tersebut dapat menambah pemahaman, menggambarkannya agar melekat dalam ingatan serta mengasah pemikiran untuk memandang permasalahan yang terjadi. (al-Asqalani, I: 147). Metode tanya jawab berusaha menghubungkan pemikiran seseorang dengan orang lain, serta mempunyai manfaat bagi pelaku dan pendengarnya, melalui dialog, perasaan dan emosi pembaca akan terbangkitkan, jika topik pembicaraan disajikan bersifat realistik dan manusiawi. (an-Nahlawi, t.t.: 205) Uraian tersebut memberi makna bahwa dialog dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, baik mendengar langsung atau melalui bacaan. f. Metode diskusi ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ู‚ูุชูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุจู’ู†ู ุณูŽุนููŠุฏู ูˆูŽุนูŽู„ููŠู‘ู ุจู’ู†ู ุญูุฌู’ุฑู ู‚ูŽุงู„ูŽุง ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฅูุณู’ู…ูŽุนููŠู„ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงุจู’ู†ู ุฌูŽุนู’ููŽุฑู ุนูŽู†ู’ ุงู„ู’ุนูŽู„ูŽุงุกู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุชูŽุฏู’ุฑููˆู†ูŽ ู…ูŽุง ุงู„ู’ู…ููู’ู„ูุณู ู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงู„ู’ู…ููู’ู„ูุณู ูููŠู†ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ู…ูŽุชูŽุงุนูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู’ู…ููู’ู„ูุณูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูู…ู‘ูŽุชููŠ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ุจูุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽุตููŠูŽุงู…ู ูˆูŽุฒูŽูƒูŽุงุฉู ูˆูŽูŠูŽุฃู’ุชููŠ ู‚ูŽุฏู’ ุดูŽุชูŽู…ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุฐูŽููŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ูˆูŽุฃูŽูƒูŽู„ูŽ ู…ูŽุงู„ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ูˆูŽุณูŽููŽูƒูŽ ุฏูŽู…ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ูˆูŽุถูŽุฑูŽุจูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ููŽูŠูุนู’ุทูŽู‰ ู‡ูŽุฐูŽุง ู…ูู†ู’ ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ู…ูู†ู’ ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชูู‡ู ููŽุฅูู†ู’ ููŽู†ููŠูŽุชู’ ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชูู‡ู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูู‚ู’ุถูŽู‰ ู…ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฃูุฎูุฐูŽ ู…ูู†ู’ ุฎูŽุทูŽุงูŠูŽุงู‡ูู…ู’ ููŽุทูุฑูุญูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุซูู…ู‘ูŽ ุทูุฑูุญูŽ ูููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. Artinya: Hadis Qutaibah ibn Sรขโ€™id dan Ali ibn Hujr, katanya hadis Ismail dan dia ibn Jaโ€™far dari โ€˜Alรขโ€™ dari ayahnya dari Abu Hurairah ra. bahwasnya Rasulullah saw. bersabda: Tahukah kalian siapa orang yang muflis (bangkrut)?, jawab mereka; orang yang tidak memiliki dirham dan harta. Rasul bersabda; Sesungguhnya orang yang muflis dari ummatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat,. Dia datang tapi telah mencaci ini, menuduh ini, memakan harta orang ini, menumpahkan darah (membunuh) ini dan memukul orang ini. Maka orang itu diberi pahala miliknya. Jika kebaikannya telah habis sebelum ia bisa menebus kesalahannya, maka dosa-dosa mereka diambil dan dicampakkan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke neraka.(Muslim, t.t, IV: 1997) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfลซโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah ลŸubut, ลŸiqah hรขfiz, sedangkan Abu Hurairah ra. adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut an-Nawรขwi, Penjelasan hadis di atas yaitu Rasulullah saw. memulai pembelajaran dengan bertanya dan jawaban sahabat ternyata salah, maka Rasulullah saw. menjelaskan bahwa bangkrut dimaksud bukanlah menurut bahasa. Tetapi bangkrut yang dimaksudkan adalah peristiwa di akhirat tentang pertukaran amal kebaikan dengan kesalahan. (an-Nawawi, t.t, XVI: 136). g. Metode pujian/memberi kegembiraan. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ููŠ ุณูู„ูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ู ุนูŽู†ู’ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุนูŽู†ู’ ุณูŽุนููŠุฏู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠ ุณูŽุนููŠุฏู ุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุจูุฑููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ููŠู„ูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุณู’ุนูŽุฏู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุจูุดูŽููŽุงุนูŽุชููƒูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุธูŽู†ูŽู†ู’ุชู ูŠูŽุง ุฃูŽุจูŽุง ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ูู†ููŠ ุนูŽู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุฃูŽูˆู‘ูŽู„ู ู…ูู†ู’ูƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ู…ูู†ู’ ุญูุฑู’ุตููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠุซู ุฃูŽุณู’ุนูŽุฏู ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุจูุดูŽููŽุงุนูŽุชููŠ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ู‘ูŽุง ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุฎูŽุงู„ูุตู‹ุง ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู. Artinya: Hadis Abdul Aziz ibn Abdillah katanya menyampaikan padaku Sulaiman dari Umar ibn Abi Umar dari Sรขโ€™id ibn Abi Saโ€™id al-Makbรขrรฎ dari Abu Hurairah, ia berkata: Ya Rasulullah, siapakah yang paling bahagia mendapat syafaโ€™atmu pada hari kiamat?, Rasulullah saw bersabda: Saya sudah menyangka, wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang bertanya tentang hadis ini seorangpun yang mendahului mu, karena saya melihat semangatmu untuk hadis. Orang yang paling bahagia dengan syafaatku ada hari Kiamat adalah orang yang mengucapkan โ€Lรขilaha illa Allahโ€ dengan ikhlas dari hatinya atau dari dirinya.(al-Bukhari, t.t, I: 49) Hadis di atas tergolong syarรฎf marfuโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah dan ลŸiqah ลŸubut. sedangkan Abu Hurairah adalah sahabat Rasul saw. Ibn Abi Jamrah mengatakan hadis ini menjadi dalil bahwa sunnah hukumnya memberikan kegembiraan kepada anak didik sebelum pembelajaran dimulai. Sebagaimana Rasulullah saw. mendahulukan sabdanya; โ€™saya telah menyangkaโ€™, selain itu โ€˜karena saya telah melihat semangatmu untuk hadisโ€™. Oleh sebab itu perlu memberikan suasana kegembiraan dalam pembelajaran. (Andalusi, t.t :133-134) h. Metode pemberian hukuman. ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุตูŽุงู„ูุญู ุญูŽุฏู‘ูŽุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุจู’ู†ู ูˆูŽู‡ู’ุจู ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ููŠ ุนูŽู…ู’ุฑูŒูˆ ุนูŽู†ู’ ุจูŽูƒู’ุฑู ุจู’ู†ู ุณูŽูˆูŽุงุฏูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฌูุฐูŽุงู…ููŠู‘ู ุนูŽู†ู’ ุตูŽุงู„ูุญู ุจู’ู†ู ุฎูŽูŠู’ูˆูŽุงู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุณูŽู‡ู’ู„ูŽุฉูŽ ุงู„ุณู‘ูŽุงุฆูุจู ุจู’ู†ู ุฎูŽู„ู‘ูŽุงุฏู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู†ู‘ูŽุจููŠู‘ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ุฃูŽู…ู‘ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู…ู‹ุง ููŽุจูŽุตูŽู‚ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูุจู’ู„ูŽุฉู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูŽู…ูŽ ุญููŠู†ูŽ ููŽุฑูŽุบูŽ ู„ูŽุง ูŠูุตูŽู„ู‘ููŠ ู„ูŽูƒูู…ู’โ€ฆ. Artinya: Hadis Ahmad ibn Shalih, hadis Abdullah ibn Wahhab, Umar memberitakan padaku dari Bakr ibn Suadah al-Juzรขmi dari Shรขlih ibn Khaiwรขn dari Abi Sahlah as-Sรขโ€™ib ibn Khallรขd, kata Ahmad dari kalangan sahabat Nabi saw. bahwa ada seorang yang menjadi imam salat bagi sekelompok orang, kemudian dia meludah ke arah kiblat dan Rasulullah saw. melihat, setelah selesai salat Rasulullah saw. bersabda โ€jangan lagi dia menjadi imam salat bagi kalianโ€โ€ฆ (Sijistani, t.t, I: 183). Hadis di atas tergolong syarรฎf marfลซโ€™ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong ลŸiqah hรขfiz, ลŸiqah dan ลŸiqah azaly. memberikan hukuman (marah) karena orang tersebut tidak layak menjadi imam. Seakan-akan larangan tersebut disampaikan beliau tampa kehadiran imam yang meludah ke arah kiblat ketika salat. (Abadi, t.t, II: 105-106). Dengan demikian Rasulullah saw. memberi hukuman mental kepada seseorang yang berbuat tidak santun dalam beribadah dan dalam lingkungan sosial. Sanksi dalam pendidikan mempunyai arti penting, pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk pelajar kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati. Sanksi tersebut dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, dengan teguran, kemudian diasingkan dan terakhir dipukul dalam arti tidak untuk menyakiti tetapi untuk mendidik. Kemudian dalam menerapkan sanksi fisik hendaknya dihindari kalau tidak memungkinkan, hindari memukul wajah, memukul sekedarnya saja dengan tujuan mendidik, bukan balas dendam. Alternatif lain yang mungkin dapat dilakukan adalah; 1) Memberi nasehat dan petunjuk. 2) Ekspresi cemberut. 3) Pembentakan. 4) Tidak menghiraukan murid. 5) Pencelaan disesuaikan dengan tempat dan waktu yang sesuai. 6) Jongkok. 7) Memberi pekerjaan rumah/tugas. 8) Menggantungkan cambuk sebagai simbol pertakut. 9) Alternatif terakhir adalah pukulan ringan. (al-Syalhub, Terj. Abu Haekal, 2005: 59-60). Hal yang menjadi prinsip dalam memberikan sanksi adalah tahapan dari yang paling ringan, sebab tujuannya adalah pengembangan potensi baik yang ada dalam diri anak didik. C. Penutup Metode pendidikan adalah cara yang dipergunakan pendidik dalam menyampaikan bahan pelajaran kepada peserta didik, sehingga dengan metode yang tepat dan sesuai, bahan pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Beberapa metode pendidikan yang dikemukakan dalam makalah ini (masih banyak yang belum), terdiri dari metode keteladanan, metode lemah lembut/kasih sayang, metode deduktif, metode perumpamaan, metode kiasan, metode memberi kemudahan, metode perbandingan, metode tanya jawab, metode pengulangan, metode demonstrasi, metode eksperimen, metode pemecahan masalah, metode diskusi, metode pujian/memberi kegembiraan, metode pemberian hukuman dapat dilaksanakan pendidik dalam penanaman nilai-nilai pada ranah afektif dan pengembangan pola pikir pada ranah kognitif serta latihan berperilaku terpuji pada ranah psikomotorik. . DAFTAR BACAAN
 Andalลซsi, Imรขm Ibn Abi Jamrah. Bahjรขt an-Nufลซs wa Tahallihรข Bimaโ€™rifati mรข Lahรข wa mรข Alaihi (Syรขrah Mukhtasar Shahih al-Bukhรขri) Jamโ€™u an Nihรขyah fi badโ€™i al-Khairi wa an-Nihรขyah. Beirut: Dรขrul Jiil, 1979. Anwar, Qomari. Pendidikan Sebagai Karakter Budaya Bangsa. Jakarta: UHAMKA Press, 2003. Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Asqalรขni, Ahmad ibn Ali ibn Hajar Abu al-Fรขdhil. Fรขthul Bรขri Syarah Shahih al-Bukhรขri. Beirut: Dรขr al-Maโ€™rifah, 1379
 H. Bukhรขri, Abu Abdullah bin Muhammad Ismรขil. Al-Jรขmiโ€™ al-Shahฤฉh al-Mukhtasar, Juz 1. Beirut: Dรขr Ibnu KaลŸir al-Yamรขmah, 198.
Grendler, Bell E. Margaret. Belajar dan Membelajarkan, terj. Munandir. Jakarta: Rajawali, 1991. Hamd, Ibrahim, Muhammad. Maal Muallimรฎn, terj. Ahmad Syaikhu. Jakarta: Dรขrul Haq, 2002. Lathรฎb, Muhammad Syamsy al-Hรขq al-โ€™Azhรฎm โ€˜Abadi. โ€˜Aunu al-Maโ€™bลซd Syarh Sunan Abi Dรขud. Beirut: Dรขr al-Kutub al-โ€™Ilmiyah, cet 1, 1401 H. Munawwir, Warson Ahmad. Al-Munawwir Kamus Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Nahlawi, Abdurrahman. Ushulut Tarbiyyah Islamiyyah Wa Asรขlibiha fรฎ Baiti wal Madrasati wal Mujtamaโ€™ terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani Press:1996. Naisabลซri, Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi. Shahih Muslim, Juz 1. Saudi Arabia : Idรขratul BuhลซลŸ Ilmiah wa Iftaโ€™ wa ad-Dakwah wa al-Irsyรขd, 1400 H. Nata, Abudin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001. Nawรขwi, Abu Zakaria Yahya ibn Syaraf ibn Maria. Syarah an-Nawฤwi โ€˜ala Shahih Muslim. Beirut: Dรขr al-Fikri, 1401 H. Poerwakatja, Soegarda. Ensiklopedia Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung, 1982. Sijistรขni, Abu Dรขud Sulaiman ibn al-Asyโ€™aลŸ. Sunan Abu Dรขud. Beirut: Dรขr al-Kutub al-โ€™Ilmiyah, cet 1, 1401 H. Sumardi, Muljanto. Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN. Jakarta: Departemen Agama RI, Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama, t.t. Surakhmad,Winarno. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito, 1998. Syalhub, Fuad bin Abdul Azizi. Al-Muallim al-Awwal shalallaahu alaihi Wa Sallam Qudwah Likulli Muallim wa Muallimah, terj. Abu Haekal. Jakarta: Zikrul Hakim, 2005. Thรฎby, Syarafuddin. Syaharh ath-Thรฎby alรข Misykat al-Mashรขbih, juz 11. Makkah: Maktabah Nizar Musthafa al-Bรขz, 1417 H. Wojowasito, S. W. Wasito Tito. Kamus Lengkap Inggeris-Indonesia, Indonesia-Inggeris. Bandung: Hasta, 1980. Yasลซโ€˜iy, Maโ€˜lลซf, Louwis. Al-Munjid fi al-Lughah wa al-Aโ€˜lam, Cetakan XXVI. Beirut: al- Masyriq, t.t. Yusuf, Tayar Anwar, Syaiful. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Related Posts

0 Response to "HADIST HADIST TENTANG METODE PENDIDIKAN ROSULULLOH SAW"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel